tag:blogger.com,1999:blog-288498732024-03-06T11:50:17.364+07:00Christianus Widya Utomoterang kecilChrist Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.comBlogger56125tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-22324797503368376122016-06-22T11:40:00.000+07:002016-06-22T11:40:11.348+07:00Komunitas Sinau BarengKomunitas Sinau Bareng berawal dari sebuah WA Group yang saya beri nama group Sinau Bareng, bersama teman-teman yang ingin belajar bersama tentang kehidupan, pemasaran / marketing, bisnis, dll. Kemudian mengadakan pertemuan-pertemuan, hingga kopdar akbar yang pertama di Semarang pada tanggal 2 April 2016 yang dihadiri hampir 200 orang dengan tema MIND YOUR BUSINESS bersama Harry Xiao, seorang trainer leadership dan business.
Kini, sudah ada Facebook Group : www.facebook.com/groups/komunitassinaubareng
Telegram Group : telegram.me/komunitassinaubareng
serta Kopdar-kopdar di Semarang, Jogja, dan Jakarta.
Mau Join ?
WA ke 08222 760 9533
Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-67255157958454715682016-02-20T00:22:00.000+07:002016-02-20T00:22:16.423+07:00Belajar dari HARV EKER<br />
<br />
<br />
Beberapa waktu yang lalu,<br />
saya menemukan buku Harv Eker di sebuah toko buku di Semarang.<br />
<br />
<br />
<br />
<iframe style="width:120px;height:240px;" marginwidth="0" marginheight="0" scrolling="no" frameborder="0" src="//ws-na.amazon-adsystem.com/widgets/q?ServiceVersion=20070822&OneJS=1&Operation=GetAdHtml&MarketPlace=US&source=ac&ref=tf_til&ad_type=product_link&tracking_id=chriswidya-20&marketplace=amazon®ion=US&placement=0060763280&asins=0060763280&linkId=PZS5FSTOXUITNDM7&show_border=true&link_opens_in_new_window=true">
</iframe>
Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-42130198025447239622015-10-18T15:55:00.002+07:002015-10-18T15:55:13.676+07:00Sedekah Cinta <div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px;">
<a class="_58cn" data-ft="{"tn":"*N","type":104}" href="https://www.facebook.com/hashtag/rumahcinta?source=feed_text&story_id=10208020915621724" style="color: #3b5998; cursor: pointer; text-decoration: none;"><span aria-label="hashtag" class="_58cl" style="color: #627aad;">#</span><span class="_58cm">RumahCinta</span></a></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Melanjutkan program Rumah Cinta sebelumnya,<br />membantu anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu untuk melanjutkan sekolah / melanjutkan kuliah.<br />Saya mengajak teman-teman semua untuk URUNAN, berbagi pada saudara-saudara kita yang membutuhkan :<br />- seorang anak rawan putus sekolah di sebuah SMA di Semarang, memerlukan bantuan Rp 3 juta,-<br />( SPP Rp 220.000 per bulan & tunggakan uang pangkal pendidikan )<br />- seorang mahasiswa di sebuah universitas swasta di Semarang, memerlukan bantuan Rp 7 juta,-<br />Bantuan sedekah cinta dapat disalurkan melalui :<br />BCA 061 .071.4897 atas nama Christianus Widya Utomo</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-top: 6px;">
Info lebih lanjut dapat menghubungi :<br />Christ Widya Utomo | WA 08222.760.9533 | BBM. 57744806 </div>
<div>
<div style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-top: 6px;">
Saldo program sebelumnya Rp 1 juta,-</div>
</div>
<div>
<div style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-top: 6px;">
kekurangan dana Rp 9 juta,- </div>
</div>
<div>
<div style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
</div>
Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-61587001999575365532015-06-12T00:29:00.000+07:002015-06-12T00:29:01.266+07:00Simpang Jalan, Sukses Tanpa Galau<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Simpang Jalan</span><br style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Sukses Tanpa Galau</span><br style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><br /></span><br />
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Galau! kata yang sering diucapkan, maupun dituliskan di media sosial oleh para remaja, dewasa, bahkan orangtua. Galau terjadi karena dua hal, pertama, karena tidak mengetahui tujuan hidupnya. Kedua, lebarnya jarak antara posisi sekarang dengan apa yang dituju.</span><br style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><br /></span><br />
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Buku ini membahas keduanya. Memberitahu posisi Anda di mana dan mengarahkan ke tujuan hidup Anda. Yang ked</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">ua, mereka yang tahu tujuannya, tapi bingung menghadapi pilihan-pilihan dalam hidup. Pilihan-pilihan itu seperti, sekolah, jenis pekerjaan, jenis usaha, pasangan hidup, ingin menjadi orang seperti apa dan sebagainya. Pilihan-pilihan itu yang tak lain adalah percabangan pikiran, kita sebut sebagai SIMPANG JALAN.<br />Menarik ditelaah, bahwa banyak orang sukses berasal dari keluarga yang tidak mampu, karena mereka tidak punya BANYAK PILIHAN, sehingga lebih fokus mengejar mimpinya.<br /></span><br />
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Buku ini menceritakan kehidupan sehari-hari manusia mulai dari proses penyadaran, menjalani hidup dan mengingatkan kembali untuk fokus ke tujuan hidup! Diisi dengan dialog dan kisah-kisah nyata tentang pengalaman penulis membimbing remaja maupun dewasa selama bertahun-tahun untuk melewati kegalauan mereka. Mereka yang siap untuk menelanjangi diri sendiri dan menghanyutkan diri dalam alur buku ini akan mendapatkan banyak manfaat. Buku ini sangat tepat untuk mereka yang ingin SUKSES TANPA GALAU<br /><br />Penerbit : BIP ( Kelompok Gramedia )<br />Penulis : Greg Subiakno </span><br />
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><br /></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_jJD1vF95W3HeQwW76yg6me2rj92NtDM3YVUCcxFKaSELMHQjRQuHO7BVO-cdUskHuzOgKzQD-BEHBkuUVP1dQL_fNN7h9rRHaxD2cHb_FzRuFSb_11yfDimM3vpjBf5N1uDh_w/s1600/10521900_1123039544379042_334959525636034876_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_jJD1vF95W3HeQwW76yg6me2rj92NtDM3YVUCcxFKaSELMHQjRQuHO7BVO-cdUskHuzOgKzQD-BEHBkuUVP1dQL_fNN7h9rRHaxD2cHb_FzRuFSb_11yfDimM3vpjBf5N1uDh_w/s320/10521900_1123039544379042_334959525636034876_n.jpg" width="320" /></a></div>
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><br /></span>
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><br /></span>Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-27080854984046999602014-06-15T23:04:00.001+07:002014-06-15T23:04:15.009+07:00Kasih Tuhan Terpancar Melalui Anak Anak Terang<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
<strong>Kasih Tuhan Terpancar Melalui #AnakAnakTerang</strong></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
“Janji Tuhan laksana matahari yang terbit di esok hari, tidak akan pernah terlambat, selalu tepat pada waktunya”, ungkapan inilah yang cocok untuk menggambarkan perjumpaan pertamaku dengan AAT.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
Perkenalkan, namaku Jochen Phoan, namun orang-orang lebih sering menyapaku dengan Yohan, aku bukanlah berasal dari keluarga yang berekonomi kaya, kedua orang tuaku juga telah bercerai semenjak aku masih sangat kecil sehingga aku hanya hidup berdua bersama dengan Bunda yang merawat dan mendidikku sedari kecil hingga saat ini. Penghasilan Bunda juga hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan sedikit disisihkan untuk menabung.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
Meski demikian Bunda bercita-cita agar bisa menyekolahkanku hingga perguruan tinggi, dan perguruan tinggi yang kupilih adalah Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Program Studi Teknik Industri. Dengan menguras seluruh tabungan Bunda, akupun bisa mengenyam bangku kuliah, meskipun kami hanya mampu membayar sebagian dari kewajiban administrasi yang menjadi kewajiban.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
Semenjak Semester 2 aku mulai mencoba mencari penghasilan tambahan sebagai seorang guru les privat. “Lumayanlah untuk mengurangi beban Bunda” ujarku dalam hati. Seiring berjalannya waktu aku juga mencoba mencari penghasilan tambahan lagi sebagai Asisten Dosen. Sering kali aku berangkat pagi untuk kuliah, mengajar dan menjadi guru les, hingga petang hari aku baru kembali, namun semuanya itu aku jalani dengan Ikhlas dan penuh syukur.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
Hingga tibalah waktunya aku menginjak semester terakhir dari masa kuliahku, namun aku masih memiliki tunggakan biaya kuliah yang cukup besar. “Tuhaaannn… aku tidak sanggup lagi” ujarku dalam hati. Segala perhitungan kami sudah mencapai titik buntu. Semua tabungan bahkan barang yang bisa kami jual pun sudah habis. Aku sudah tidak memiliki apapun untuk bisa membayar tunggakan uang kuliah.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
Dan di sinilah tangan Tuhan berkarya melalui Anak Anak Terang (AAT). Seperti petir di siang hari saat aku mendapat kabar dari adik kelasku (Fransiska Mulyani, salah satu Staff Admin AAT) bahwa salah satu dosenku, yaitu Bpk. Hadi Santono yang pada saat itu menjabat sebagai Wakil Dekan III Fakultas Teknologi Industri hendak bertemu dengan diriku secara pribadi.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
Pikiranku sudah khawatir, “Apakah beliau hendak menanyakan masalah tunggakan uang kuliahku ?” Pertanyaan ini sempat muncul dalam benakku, karena setiap semester memang kami selalu menghadap ke Kantor Keuangan UAJY untuk memohon keringanan pembayaran uang kuliah, dan ini sudah semester terakhir dalam masa studiku.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
Saat aku menghadap Bpk. Hadi Santono beliau menyodorkan secarik kertas yang berisikan jumlah tunggakan uang kuliahku yang belum terbayarkan. “Mampuslah aku kali ini !” ujarku dalam batin, kekhawatiranku makin menjadi pada saat itu. Kemudian maksud Bpk. Hadi menyodorkan kertas tersebut bukanlah untuk menagih hutang tunggakan uang kuliahku, tetapi justru untuk membantuku dalam melunasinya</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
Aku kaget bukan main, hal ini benar-benar di luar dugaanku. Sungguh karya Tuhan telah bekerja pada diriku melalui AAT.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
Semenjak itu Bpk. Hadi Santono mulai mengenalkanku kepada AAT, mengenai kenapa ia membantu anak-anak yang kurang mampu dan bagaimana cara dan prosedurnya. Aku terkejut bukan main, ternyata dana yang dikumpulkan itu berasal dari banyak donatur, sehingga dana tersebut mampu digunakan untuk membantu anak-anak yang kurang mampu. Nominal uang yang tidak seberapa besarnya, bahkan lebih kecil dari harga sepotong pizza sekali pun, ternyata bisa membantu anak-anak dalam mewujudkan mimpinya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
Satu pesan yang diamanatkan kepadaku oleh Bpk. Hadi Santono yaitu “Jadilah Anak-Anak Terang yang bukan hanya mampu menerangi diri sendiri, namun bisa membantu sesamanya”. Hal itu yang terus aku tanamkan dalam hatiku hingga saat ini. Meskipun aku baru saja mulai berkarir, sedikit demi sedikit, aku menyisihkan dan mengirimkan sebagian kecil dari gaji yang kuterima setiap bulan untuk membantu adik-adik asuh AAT lainnya. Nilai yang sangat kecil, terpaut jauh dengan bantuan yang pernah kuterima saat menjadi anak asuh AAT. Namun hanya itu yang saat ini aku sanggup karena akulah yang sekarang harus menanggung kehidupan Bunda.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
Semoga Tuhan selalu menyalakan <em><strong>Api Semangat Untuk Berbagi Kasih</strong></em> Kepada sesama dalam diriku melalui AAT dan hal lainnya, Amin.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
Jochen Phoan, ST.*</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
*Jochen Phoan (YOHAN) adalah salah satu anak asuh AAT. Lulus Sarjana pada bulan Juni 2012 dari Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan predikat Sangat Memuaskan. Sekarang bekerja di staff Divisi Sales and Logistic, PT. Honda Prospect Motor, Jakarta</div>
Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-52839615209854994842013-05-18T09:43:00.004+07:002013-05-18T09:43:59.358+07:00Forum Komunikasi Panti Asuhan Jateng - Jogja<span style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Salam sejahtera. </span><br style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Bagi teman teman yang memiliki berkat berlimpah dan ingin berbagi berkat </span><br style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">bagi sesama kita terutama untuk anak anak yatim piatu, </span><br style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">maka Forum Komunikasi Panti Asuhan ( FKPA ) Jateng - Jogja </span><br style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">membutuhkan dukungan dana bagi kegiatan Temu Anak Panti Asuhan </span><br style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">dengan kegiatan Leadership. </span><br style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Jika teman teman ada yang membutuhkan Proposal </span><br style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #37404e; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">saya akan kirimkan melalui email.<br /><br />Forum Komunikasi Panti Asuhan. ( FKPA )<br />Korwil Jateng - DIY<br /><br />Akan mengadakan temu anak Panti Asuhan pada tgl 24-26 Mei 2013 di Kaliurang,<br />dgn tema "Menjadi Pemimpin yg efektif, bertumbuh dan berintegritas."<br /><br />Mohon dukungan donasi dari Sahabat semua .<br />Total perkiraan biaya Rp 32 juta,-<br /><br />Donasi dapat dikirimkan ke rekening<br />BCA 061 071 4897<br />Atas nama Christianus Widya Utomo<br /><br />Mohon Konfirmasi setelah transfer<br />HP 08127775588 dan pin BB 25B6DABA<br /><br />Terima kasih,<br />Salam berbagi.<br /><br />Christ WU</span>Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-75933465621190501942012-07-16T00:37:00.004+07:002012-08-29T14:40:46.030+07:00Romo Carolusdari :
http://www.hidupkatolik.com/2012/06/13/maarif-award-2012-romo-carolus-dan-bahruddin<br />
<br />
<b>ROMO CAROLUS dan Ahmad Bahruddin</b><br />
<br />
Maarif Award tahun ini dianugerahkan kepada Romo Charles Patrick Edward Burrows OMI dan Pendiri Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah, Ahmad Bahruddin.
Setelah melalui seleksi sejak Januari 2012, Maarif Institute for Culture and Humanity menetapkan dua orang tersebut sebagai pemenang.<br />
<br />
Penganugerahan berlangsung di Grand Studio Metro TV, Kedoya, Jakarta Barat, Sabtu, 26/5. Maarif Award tahun ini adalah yang keempat. Sebelumnya, diberikan pada 2007, 2008, dan 2010.
Maarif Award merupakan bentuk apresiasi dan pengakuan terhadap anak-anak bangsa yang berdedikasi tinggi untuk merawat keindonesiaan dan memperjuangkan kemanusiaan melalui kerja inisiatif kepemimpinan di tingkat lokal berbasis nilai-nilai keagamaan yang universal. Dengan cara ini, mereka ikut berkontribusi terhadap proses pembentukan karakter bangsa di tengah krisis kepemimpinan.
Tujuan penghargaan ini ialah mencari model-model alternatif praktik kepemimpinan lokal yang konsisten menanamkan serta melembagakan nilai-nilai toleransi, pluralisme, dan keadilan sosial di masyarakat akar rumput serta memperkuat harapan dan optimisme akan masa depan keindonesiaan dan kemanusiaan.<br />
<br />
Dalam sambutannya, Romo Carolus berkata, “Saya menyadari bahwa award ini lebih layak diberikan kepada mereka yang tiap hari bekerja keras dan dengan bangga membangun desa masing-masing.”
Selain mendirikan sekolah, Romo Carolus juga membuat jalan agar masyarakat lebih mudah memasarkan hasil pertaniannya ke kota. "Di Eropa, pemerintah yang membuatkan jalan untuk masyarakat. Tetapi, di Indonesia masyarakat sendiri yang mengerjakannya," tukas Romo Carolus.
Ia bercerita, rekan imam di tempatnya berkarya pernah menegurnya saat ia memunculkan ide agar sekolah yang ia dirikan menjadi sekolah inklusif, yaitu menerima anak-anak yang berkebutuhan khusus. Katanya, "Kamu punya ide bagus, tetapi yang repot dan susah bukan kamu, tetapi para guru. Beban mereka harus ditambah dengan mengajar anak-anak berkebutuhan khusus.”
"Saya adalah inisiator yang 'kurang ajar". Sebab seorang inisiator punya filosofi Tiga D yakni: Decide (memutuskan), Delegate (mendelegasikan), dan Disappear (menghilang),” ujarnya berkelakar, disambut tawa hadirin.
Sementara Bahruddin yang aktif dalam kegiatan pemberdayaan petani dan pendidikan anak-anak melalui lembaga yang didirikannya, Kelompok Belajar Qaryah Thayyibah, di Salatiga, menyampaikan tiga hal. Pertama, hak rakyat adalah hak memperoleh layanan penuh dari negara yang bertanggung jawab untuk memberdayakan dan meningkatkan kualitas kehidupan mereka. Kedua, rakyat berhak penuh atas pendidikan. Negara wajib mendukung dan memfasilitasi rakyat untuk mengembangkan imajinasi, kreasi, dan inovasinya sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Ketiga, sungguh tidak tepat jika negara justru mengatur apalagi memaksakan kehendak atas sebuah sistem pendidikan.
Dalam sambutannya, Bahruddin menceritakan bahwa seorang anak asuhannya mampu menyusun sebuah buku cerita komik, sambil menunjukkan buku tersebut. “Saya yakin, jika anak ini masuk sekolah formal, belum tentu dia bisa membuat komik. Sebab di sekolah tidak ada pelajaran komik. Pendidikan harus membantu siswa mengembangkan kreativitasnya. Jika ia mengikuti Ujian Nasional, ia akan menjadi korban. Sebaliknya, jika komik menjadi materi Ujian Nasional, maka akan lebih banyak lagi korban,” ujar Bahruddin disambut tepuk tangan hadirin.
Bahruddin pun menutup sambutannya dengan berkata, "Sudah saatnya Ujian Nasional dihapuskan."
Pendiri Maarif Award, Prof Dr H. Ahmad Syafi’i Ma'arif MA, mengatakan bahwa pilihan terhadap kedua orang ini sangat tepat. "Saya nggak banyak komentar lagi setelah mengetahui mereka menang. Mereka beragama secara otentik. Luar biasa, bahwa Romo Carolus mengatakan: Truk-truk saya lebih Katolik dari saya," katanya.Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-22835627806022144062012-02-15T16:17:00.001+07:002012-02-15T16:18:30.160+07:00Think Big Act SmallTahun ini mencoba berpikir besar, menjalankannya sesegera mungkin mulai dari yang kecil.Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-68048699502948347362011-09-13T15:29:00.001+07:002011-09-13T15:30:54.757+07:00Politik Anggaran Pendidikan 2012--- sebuah tulisan untuk kita semua merenung tentang masa depan pendidikan di Indonesia -----<br /><br />sumber : koran tempo 23 agustus 2011<br /><br />------<br /><br /><br />Menyoal Politik Anggaran Pendidikan 2012 *)<br />Selasa, 23 Agustus 2011 | 07:24 WIB<br /><br />TEMPO Interaktif, Anggaran pendidikan nasional tahun 2012 mengalami peningkatan cukup tajam, naik Rp 19,7 triliun, yaitu dari Rp 266,9 triliun menjadi Rp 286,6 triliun, meskipun persentasenya tetap 20,2 persen. Sayang, mayoritas warga tidak paham bahwa anggaran pendidikan yang besar itu termasuk untuk gaji guru dan dosen, sehingga selalu muncul harapan terlalu besar terhadap perbaikan kuantitas dan kualitas pendidikan nasional! <br /> <br />Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) memang mengatur bahwa anggaran pendidikan minimum 20 persen dari APBN/APBD itu di luar gaji pendidik. Tapi ketentuan itu digugat ke Mahkamah Konstitusi (MK) oleh seorang guru dan dosen dari Makassar (entah apa motivasinya). Menurut penggugat, anggaran pendidikan 20 persen dari APBN/APBD seharusnya termasuk gaji pendidik. Gugatan mereka dikabulkan oleh MK yang diketuai oleh Jimly Asshidiqie dan dibacakan pada awal 2008 serta berlaku efektif sejak tahun anggaran 2009. Itu sebabnya, anggaran pendidikan sejak 2009 langsung melonjak mencapai 20 persen dari sebelumnya yang hanya 9 persen. Sayang, anggaran yang besar itu tidak semuanya jatuh ke operasional pendidikan, melainkan 70 persen untuk gaji pendidik. Hal yang sama akan terjadi pada anggaran 2012.<br /><br />Tidak mampu menjamin<br />Pengalaman pada 2011 ini, dari anggaran pendidikan Rp 266,9 triliun, ternyata yang untuk operasional melalui Kementerian Pendidikan Nasional hanya Rp 59 triliun. Dari dana tersebut, yang dialokasikan untuk pendidikan tinggi Rp 29,1 triliun, sedangkan untuk pendidikan dasar justru hanya Rp 9,2 triliun. Ini suatu ironi besar karena jumlah perguruan tinggi negeri (PTN) hanya 82 dengan 2 juta mahasiswa. Bandingkan dengan jumlah pendidikan dasar (SD-SMP) yang mencapai hampir 200 ribu dengan jumlah murid sebesar 35 juta anak, tapi porsi alokasi anggarannya justru jauh lebih kecil dibanding untuk pendidikan tinggi. Betul bahwa jumlah PTN dan perguruan tinggi swasta (PTS) mencapai di atas 3.000 unit dengan jumlah mahasiswa sekitar 4,5 juta orang, tapi yang menjadi perhatian pemerintah hanya PTN. Adapun eksistensi PTS hanya diakui untuk mempertinggi angka partisipasi, tidak dalam hal pembiayaan. <br /> <br />Lalu ke mana alokasi dana pendidikan yang begitu besar tersebut? Jelas, 70 persen di antaranya untuk gaji guru dan dosen, disalurkan melalui Dana Alokasi Khusus dan melalui Kementerian Agama, maupun untuk pendidikan kedinasan. Khusus untuk pendidikan kedinasan saja mencapai Rp 14 triliun. Padahal di UU Sisdiknas disebutkan bahwa anggaran pendidikan minimum 20 persen dari APBN/APBD itu di luar gaji guru dan dosen maupun pendidikan kedinasan. Kecenderungan yang sama akan terjadi pada anggaran pendidikan tahun 2012. Porsi untuk operasional pendidikan yang akan disalurkan melalui Kementerian Pendidikan Nasional itu akan kecil saja, sehingga diragukan bahwa anggaran pendidikan 2012 dapat menjamin akses semua warga negara untuk menempuh pendidikan dasar, seperti yang diharapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato pengantar nota keuangan pada 16 Agustus lalu. Tidak ada dasar yang kuat untuk meyakini bahwa anggaran pendidikan 2012 mampu menjamin terpenuhinya hak setiap warga untuk mengakses pendidikan dasar 9 tahun. <br /> <br />Sangat mungkin optimisme Presiden tersebut muncul karena tidak mendapat informasi yang cukup mengenai alokasi anggaran secara nyata. Betul bahwa secara kumulatif anggaran pendidikan naik sebesar Rp 19,7 triliun, tapi jangan lupa bahwa pada 2011 ini akan ada penambahan sedikitnya 200 ribu guru yang lolos sertifikasi dan harus dibayarkan tunjangan profesinya sebesar satu kali gaji pokok. Ditambah lagi sejumlah guru yang sudah lolos program sertifikasi sebelumnya tapi belum dibayarkan tunjangan profesinya lantaran mengajar kurang dari 24 jam pelajaran per minggu. Juga bertambahnya jumlah guru besar (profesor) yang harus dibayarkan tunjangan profesionalnya. Pembayaran semua tunjangan profesional itu akan mengambil dari anggaran pendidikan. Meningkatnya jumlah alokasi dana yang dipakai untuk membayar gaji guru dan dosen, termasuk tunjangan profesional itu, secara otomatis akan mengurangi alokasi dana pendidikan untuk operasional yang akan disalurkan ke sekolah-sekolah. Dengan kata lain, peningkatan anggaran pendidikan sebesar Rp 19,7 triliun tersebut tidak mampu menjamin terselenggaranya pendidikan dasar gratis, sehingga dapat diakses oleh semua warga, juga tidak menjamin terjadinya peningkatan kualitas pendidikan secara signifikan. <br /><br /><br />Diskriminatif <br />Penulis ragu anggaran pendidikan 2012 akan mampu menjamin semua warga dapat menyelesaikan pendidikan dasar (SD-SMP), terutama bila dikaitkan dengan sikap pemerintah yang diskriminatif terhadap sekolah swasta. Sementara itu, anak-anak yang miskin dan bodoh--yang berpotensi putus sekolah--itu justru bersekolah di SMP swasta pinggiran yang seluruh biayanya ditanggung sendiri. Mereka, pada saat sekolah dasar, bersekolah di sekolah dasar negeri yang gratis. Namun, ketika SMP, anak-anak itu masuk ke SMP swasta pinggiran lantaran nilai ujian nasional mereka, yang menjadi dasar penerimaan murid baru di SMPN, jelek. Nilai ujian mereka jelek karena minim fasilitas, tidak ada perhatian orang tua, kurang gizi, kurang motivasi, dan lain-lain, yang akhirnya terpaksa memilih SMP swasta pinggiran. Minimnya perhatian pemerintah itu disebabkan oleh persepsi yang keliru bahwa sekolah swasta berarti bisnis! Padahal, senyatanya, sekolah swasta yang berbau bisnis itu hanya 0,001 persen, sedangkan 99,009 persen pengelola sekolah swasta impas atau bahkan nombok!<br /> <br />Optimisme Presiden SBY bahwa tahun 2012 tidak ada lagi anak tak bersekolah lantaran hambatan biaya hanya mungkin dapat terwujud manakala pemerintah secara konsisten memperhatikan keberadaan sekolah-sekolah swasta pinggiran dengan memberi bantuan yang cukup. Tanpa itu, "hil yang mustahal" (meminjam istilah Srimulat) bila angka putus sekolah dapat diatasi. <br /> <br />Pada masa Orde Baru, bantuan pemerintah terhadap sekolah-sekolah swasta itu jelas sekali, yaitu berupa guru pegawai negeri sipil yang diperbantukan ke sekolah-sekolah swasta atau dikenal dengan sebutan guru DPK, bantuan gedung, maupun biaya operasional. Pada saat itu, struktur organisasi di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memiliki direktur sekolah swasta, yang dapat menjadi induk dari para pengelola sekolah swasta untuk menyalurkan aspirasinya. Tapi perhatian pemerintahan pasca-reformasi justru makin minim. Bahkan Kabinet Indonesia Bersatu I-II mempunyai kebijakan menarik kembali bantuan guru DPK dari sekolah-sekolah swasta. Padahal keberadaan guru-guru DPK itu amat meringankan beban pembiayaan sekolah swasta, sehingga bisa menekan biaya sekolah di sekolah swasta. Dengan demikian, penarikan kembali guru-guru DPK itu akan mematikan keberadaan sekolah-sekolah swasta pinggiran, yang berarti pula menutup akses golongan miskin dan bodoh untuk bersekolah.<br /> <br />Kesimpulannya, peningkatan anggaran pendidikan sebesar Rp 19,7 triliun untuk 2012 hanya akan berdampak positif terhadap peningkatan akses pendidikan (dasar) bila disertai dengan politik penganggaran yang jelas, yaitu pertama, alokasi untuk pendidikan dasar seharusnya jauh lebih besar daripada untuk pendidikan tinggi; kedua, komitmen untuk membantu keberadaan sekolah-sekolah swasta pinggiran yang menampung anak-anak yang miskin dan bodoh yang berpotensi putus sekolah. Tanpa adanya dua hal tersebut, sulit mengharapkan adanya perbaikan signifikan dari peningkatan anggaran pendidikan yang cukup besar.<br /><br /><br /><br /><br />*) DARMANINGTYAS, Pengurus Majelis Luhur Tamansiswa YogyakartaChrist Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-73986754798727162011-09-07T15:35:00.001+07:002012-08-29T14:28:50.614+07:00Komunitas Anak Anak TerangKomunitas Anak Anak Terang<br />
Pada mulanya adalah sebuah kepedulian. Sejak Agustus 2002 sebuah komunitas virtual lahir dari adanya kepedulian pada anak-anak yang terpinggirkan. Anak-anak yang tidak berdosa, namun hidup dalam lingkaran kemiskinan.<br />
Beasiswa diberikan untuk jenjang pendidikan SD, SMP dan SMU/SMK. Setiap tahun sekitar 1000-an anak dibantu dengan besarnya beasiswa mencapai ± Rp 50 juta per bulan. Dengan dana beasiswa sedemikian besar, kami mengetuk hati rekan-rekan sekalian untuk ikut berpartisipasi demi kelangsungan pelayanan kelompok Anak Anak Terang.<br />
Anak-anak asuh yang pernah dibantu dan yang masih berlanjut hingga sekarang adalah anak-anak asuh yang berasal dari :<br />
<br />
1.Kampung Jembatan Cipinang – Jakarta (mulai Agustus 2002 – hingga Juni 2008)<br />
2.Panti Asuhan Rekso Dalem – Temanggung (mulai Agustus 2002 – hingga Juni 2005)<br />
3.SMK Pius X – Magelang (mulai Agustus 2002 – hingga Juni 2004)<br />
4.Cilincing – Jakarta (mulai September 2002 – hingga Juni 2004)<br />
5.SMA Kolese de Britto – Yogyakarta (mulai Oktober 2002 – hingga Juni 2005)<br />
6.Sumba Barat – NTT (mulai September 2002 – hingga Juni 2004)<br />
7.SLTP Kanisius Sumber – Magelang (mulai November 2002 – hingga Juni 2004)<br />
8.Amurang – Manado (mulai Desember 2002 – hingga Juni 2004)<br />
9.Penjaringan – Pluit (mulai Januari 2003 – hingga Juni 2004)<br />
10.Perkampungan Jagir, Simo, Kalimir, Dinoyo – Surabaya (mulai Januari 2003 – hingga Juni 2004)<br />
11.Seminari Menengah St. Paulus – Palembang (mulai Maret 2003 – hingga Juni 2004)<br />
12.SLTP Bukit Raya Serawai – Kalimantan Barat (mulai Mei 2003 – hingga Juni 2004)<br />
13.Rumah Singgah Nuansa Kasih Cengkareng – Jakarta (mulai Mei 2003 – hingga Juni 2008)<br />
14.SMA Katholik St. Theodorus Kotamobagu – Manado (mulai Mei 2003 – hingga Juni 2010)<br />
15.SD Tarakanita II – Jakarta (mulai Juli 2003 – hingga Juni 2004)<br />
16.Desa Cikembar – Jawa Barat (mulai Agustus 2003 – hingga Juni 2004)<br />
17.Kedung Pring dan Mlangi (Kedung Ombo) – Jawa Tengah (mulai September 2003 – hingga Juni 2004)<br />
18.Komunitas Petani di Desa Penggik, Kelurahanan Godang, Kendal (mulai Maret 2004 – hingga Juni 2004)<br />
19.Kulon Progo, Yogyakarta (mulai Maret 2004 – hingga Juni 2004)<br />
20.SLTP Tarakanita, Magelang (mulai Maret 2004 – hingga Juni 2005)<br />
21.SMP Charitas Lebak Bulus – (mulai Juli 2004 – hingga Juni 2005)<br />
22.Dusun Sorowajan (mulai Juli 2006 – Juni 2010)<br />
23.Panti Asuhan Putra St. Aloysius, Madiun (mulai Maret 2004 – hingga sekarang)<br />
24.SMK Marsudi Luhur 1 Yogyakarta (mulai Juli 2006 – hingga sekarang)<br />
25.Komunitas Chandra Dewi Klaten (mulai Juli 2006 – hingga sekarang)<br />
26.SD Proklamasi Surabaya (mulai Juli 2004 – hingga sekarang)<br />
27.SD Kanisius Sengkan (mulai Juli 2007 – hingga sekarang)<br />
28.Komunitas Marietta Sengkan, Condong Catur, Yogyakarta (mulai Juli 2007 – sekarang)<br />
29.Komunitas Aletheia Krandon, Sendang Tirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta (mulai Juli 2007 – sekarang)<br />
30.SMK Sanjaya Pakem (mulai Januari 2008 – sekarang)<br />
31.SMP St. Aloysius Turi (mulai Juli 2008 – sekarang)<br />
32.Komunitas Lucia Misa Kalasan (mulai Januari 2009 – sekarang)<br />
33.SD Pangudi Luhur, Muntilan (mulai Juli 2008 – sekarang)<br />
34.SD Kanisius Kadirojo (mulai Juli 2009 – sekarang)<br />
35.SLB B/C YAPENAS, Yogyakarta (mulai Juli 2009 – sekarang)<br />
36.SD Karitas Nandan, Yogyakarta (mulai Juli 2007 – sekarang)<br />
37.SLTP Padmowidjojo – Purworejo (mulai November 2002 – sekarang)<br />
38.SMP Kanisius Muntilan (mulai Juli 2009 – sekarang)<br />
39.SD Kanisius Pijenan (mulai Januari 2010 – sekarang)<br />
40.SD Pangudi Luhur III & IV Yogyakarta (mulai Juli 2009 – sekarang)<br />
41.SMK Dominikus Wonosari (mulai Juli 2009 – sekarang)<br />
42.SD Pius Sidareja, Cilacap (mulai Januari 2010 – sekarang)<br />
43.SD Katholik St. Maria Magelang (mulai Januari 2011 – sekarang)<br />
44.SD Marsudirini St. Theresia Boro, Kulonprogo (mulai Januari 2011 – sekarang)<br />
45.TK/SD Pangudi Luhur Kalirejo, Kulonprogo (mulai Januari 2011 – sekarang)<br />
46.SMP Kanisius Samigaluh, Kulonprogo (mulai Januari 2011 – sekarang)<br />
47.SMP Pangudi Luhur Moyudan (mulai Januari 2011 – sekarang)<br />
48.SMP Kanisius Bambanglipuro/Ganjuran (mulai Januari 2011 – sekarang)<br />
49.Komunitas Maria Assumpta Jogoyudan (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
50.SMP Marsudi Luhur Yogyakarta (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
51.SMA Marsudi Luhur Yogyakarta (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
52.SMK Marsudi Luhur 2 Yogyakarta (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
53.SD Kanisius Klepu (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
54.SMP Budi Mulia Minggir (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
55.SD BOPKRI Minggir (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
56.SD Kanisius Kenteng (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
57.SD Kanisius Pulutan (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
58.SD Kanisius Minggir (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
59.Lingkungan Bernadetta Pringgolayan (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
60.Lingkungan Ludovikus Klepu (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
61.SD Kanisius Jering (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
62.SMA Sanjaya XIV Nanggulan (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
63.SD Kanisius Jetis Depok (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
64.SD Kanisius Ngapak (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
65.Paroki Muntilan (mulai Juli 2011 – sekarang)<br />
<br />
<br />
Info lebih lanjut dapat dlihat di website http://www.anakanakterang.web.id <br />
Atau dapat juga follow twitter @BeasiswaAAT<br />
Facebook Groups : www.facebook.com/groups/anakanakterang.web.id<br />
Mailing list : www.yahoogroups.com/anak_anak_terang<br />
<br />Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-80722208916725007212011-08-26T14:45:00.002+07:002011-08-26T14:47:37.527+07:00Tuhan, agamaMu apa ?<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTZlhx9cOqqh0QL5BOEwbR2zyI5r-pBDLIRSm7cUwYzwyY8Ok7gG6z122R-zrnFVE1slKWbMcT6IVshAhRKpVfzDVYSeQQxk50FK5YFUBL1ezoqfCOFJC-wxD_Itflnh01SEAqVQ/s1600/tuhan+agamamu+apa.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 279px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTZlhx9cOqqh0QL5BOEwbR2zyI5r-pBDLIRSm7cUwYzwyY8Ok7gG6z122R-zrnFVE1slKWbMcT6IVshAhRKpVfzDVYSeQQxk50FK5YFUBL1ezoqfCOFJC-wxD_Itflnh01SEAqVQ/s320/tuhan+agamamu+apa.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5645068105028434882" /></a>
<br />Tuhan, agamaMu apa ?
<br />
<br />sebuah pertanyaan yang menggelitik kita.
<br />
<br />Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-88231683776184398112011-01-02T01:04:00.001+07:002011-01-02T01:04:56.250+07:00Selamat Tahun Baru 2011Selamat Tahun Baru 2011 !<br /><br />Semoga sukses untuk kita semuaChrist Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-8761493254116139662010-03-23T10:03:00.000+07:002010-03-23T10:04:49.954+07:00PemberdayaanPemberdayaan menuntut yang memberdayakan, sudah berdaya terlebih dahulu.Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-87186750779017726312010-02-23T08:52:00.002+07:002010-02-23T08:53:53.370+07:00Proses PerubahanSudah menjadi bahasa umum, kalau yang pasti adalah perubahan. Setiap orang diharuskan siap untuk berubah. Biasanya perubahan terjadi karena adanya keinginan untuk menjadi lebih baik.Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-15302286705359079932010-01-19T23:35:00.002+07:002010-01-19T23:36:18.056+07:00Dari Century ke MutiaraDari Century ke Mutiara<br /><br />buktikan kau berubah ... kembalikan uang kami ...Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-22549712283236096732009-01-07T01:27:00.003+07:002009-01-07T01:30:25.904+07:00Keranjang Investasi 2009Mulai lagi ngitung keranjang.<br />Lha kok ngitung keranjang ?<br />Lha hidup lak perlu direncanakan to ... ?<br /><br />Sithik-sithik dikumpulke, ben iso nduwe passive income jarene ..<br /><br />Mari berhitung ... dan segera menanam investasi utk kehidupan yang lebih baik di masa depan.<br /><br />menanam telo ? cabe ?<br />atau bikin kios ?<br />beli ruko ? rumah ?<br /><br />hm ... semuanya perlu dihitung ...Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-60682093195723828142008-12-20T21:45:00.002+07:002008-12-20T21:49:50.568+07:00memilihhari ini saya memilih judul tulisan ini memilih.<br />karena saya sedang memilih baju yang akan saya bawa pulang.<br />2 minggu cuti euy ...<br /><br />memilih, berarti membawa sesuatu yang dipilih & meninggalkan sesuatu yang tidak dipilih,<br />pada saat ini, pada saat 2 minggu ke depan.<br /><br />sesuatu yang tidak terpilih pada saat ini, bukan berarti akan tidak dipilih 2 minggu nanti.<br /><br />so, hidup ini soal memilih.<br /><br />jangan berkecil hati, jika anda tidak dipilih saat ini<br />tidak dipilih bukan berarti tidak akan dipilih.<br /><br />berpikirlah seperti baju-baju saya itu, yang diam namun sabar,<br />menunggu sang pemilih untuk membawanya serta,<br />suatu saat nanti.Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-68929837857358691962008-08-31T01:59:00.000+07:002008-08-31T02:01:39.679+07:00Katekismus Gereja KatolikKONSTITUSI APOSTOLIK FIDEI DEPOSITUM<br />BERKENAAN DENGAN PELUNCURAN<br />"KATEKISMUS GEREJA KATOLIK"<br />YANG DISUSUN SEHUBUNGAN DENGAN KONSILI VATIKAN II<br />YOHANES PAULUS II, USKUPPelayan para pelayan Allahsebagai kenangan tetap<br />Kepada Saudara-saudara terhormat para Kardinal, Uskup Agung dan Uskup, imam dan diaken, dan semua anggota umat Allah.<br />1. Pengantar<br /><br />Tuhan telah mempercayakan kepada Gereja-Nya tugas untuk memelihara harta pusaka iman, dan Gereja memenuhi tugas ini pada segala zaman. Konsili Vatikan II, yang dibuka tiga puluh tahun silam oleh pendahulu saya almarhum Yohanes XXIII, mempunyai tujuan dan keinginan menjelaskan perutusan apostolik dan pastoral Gereja, menjadikan kebenaran Injil bersinar dan dengan demikian membimbing semua manusia supaya mencari dan menerima cinta Kristus yang melampaui segala pengetahuan (bdk. Ef 3:19).<br /><br />Paus Yohanes XXIII memberikan kepada konsili tugas pokok supaya dengan lebih baik memelihara dan menjelaskan harta tidak ternilai ajaran Kristen, agar umat beriman Kristen dan semua manusia yang berkehendak baik dengan lebih mudah dapat memahaminya. Karena itu, pada tempat pertama konsili tidak perlu mengecam kekeliruan zaman itu, tetapi harus berusaha dengan tenang terutama untuk mengusahakan satu uraian yang jelas mengenai kekuatan dan keindahan ajaran iman. Paus berkata pada waktu itu: "Disinari oleh terang konsili ini, Gereja akan bertumbuh dengan kekayaan rohani yang baru, akan mendapat kekuatan dan daya baru dan akan memandang ke depan tanpa perasaan takut. Kita wajib untuk dengan rela dan tanpa takut mengabdikan diri kepada tugas ini yang dituntut oleh zaman kita, dan dengan demikian melanjutkan perjalanan yang telah ditempuh oleh Gereja sejak hampir dua puluh abad" [1].<br /><br />Dengan bantuan Allah bapa-bapa konsili dalam karya yang memakan waktu empat tahun dapat menyusun sejumlah besar ajaran dan petunjuk pastoral untuk seluruh Gereja. Para gembala dan umat dapat menemukan di dalamnya petunjuk untuk "pembaharuan berpikir, bertindak, susila dan kekuatan moral, kegembiraan dan harapan, seturut tujuan konsili itu" [2].<br /><br />Sesudah ditutup, konsili tidak berhenti menggerakkan kehidupan Gereja. Dalam tahun 1985 saya dapat mengatakan: "Bagi saya, yang mendapat rahmat yang begitu khusus untuk mengambil bagian pada konsili dan dapat ikut serta secara aktif sampai selesainya, Konsili Vatikan II selalu dan terutama dalam tahun-tahun Pontifikat saya adalah tolok ukur tetap untuk seluruh karya pastoral saya, dan saya telah berupaya dengan sadar, menerapkan petunjuk-petunjuknya secara konkret dan tepat pada tiap Gereja lokal dan pada Gereja seluruhnya. Tanpa henti-hentinya kita harus kembali kepada sumber ini" [3].<br /><br />Dalam semangat ini telah saya undang pada tanggal 25 Januari 1985 satu sinode luar biasa para Uskup dalam kaitan dengan hari ulang tahun kedua puluh berakhirnya konsili. Tujuan sinode itu ialah menilai rahmat dan buah-buah rohani dari Konsili Vatikan II dan mendalami ajarannya supaya kita dapat mengikutinya dengan lebih baik lagi, demikian pula memajukan pengetahuan tentangnya dan pelaksanaannya lebih lanjut.<br /><br />Pada kesempatan ini bapa-bapa sinode menegaskan: "Disepakati bersama agar disusun satu katekismus atau dengan lebih tepat satu kompendium mengenai seluruh ajaran iman dan susila Katolik, boleh dikatakan sebagai acuan untuk katekismus atau kompendium yang harus disusun di berbagai wilayah. Penjelasannya harus bersifat biblis dan liturgis, harus menyajikan ajaran yang benar dan serentak disesuaikan dengan kehidupan hari ini" [4]. Sesudah menutup sinode itu saya mengambil alih keinginan ini karena menurut pendapat saya, ini "sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan nyata Gereja universal dan Gereja-gereja lokal" [5].<br /><br />Sungguh sepatutnya kita bersyukur dengan segenap hati kepada Tuhan pada hari ini karena di bawah judul "Katekismus Gereja Katolik", kami dapat mempersembahkan kepada seluruh Gereja satu teks acuan untuk katekese yang diperbaharui dari sumber-sumber iman yang hidup.<br /><br />Sesudah pembaharuan liturgi dan revisi kodeks hukum kanonik Gereja Latin dan norma-norma Gereja Katolik Timur, katekismus ini akan menggapai satu sumbangan penting bagi karya pembaharuan seluruh kehidupan Gereja seperti yang dikehendaki dan dimulai oleh Konsili Vatikan II.<br /><br /><br />2. Jadinya Teks dan Pokok-pokok Pemikirannya<br /><br />"Katekismus Gereja Katolik" adalah hasil dari suatu kerja sama yang sangat luas jangkauannya: ia dihasilkan dalam waktu enam tahun kerja yang intensif dalam jiwa keterbukaan yang saksama dan semangat yang terdedikasi.<br /><br />Dalam tahun 1986 saya memberikan tugas kepada satu komisi yang terdiri dari dua belas Kardinal dan Uskup di bawah pimpinan Bapa Kardinal Yosef Ratzinger, supaya mempersiapkan satu rancangan untuk katekismus seperti yang dikehendaki oleh bapa-bapa sinode. Selanjutnya satu tim redaksi yang terdiri dari tujuh Uskup diosesan, demikian pula Para ahli dalam bidang teologi dan katekese membantu komisi ini dalam pekerjaannya.<br /><br />Komisi itu bertugas, memberi petunjuk dan mengawasi jalannya pekerjaan. Ia menyertai semua langkah redaksi dalam sembilan tahap perumusan berturut-turut dengan penuh perhatian. Pihak tim redaksi telah menerima tanggung jawab untuk menuliskan teks dan memasukkan perubahan-perubahan yang dituntut oleh komisi, serta menilai tanggapan dari sejumlah besar teolog, ekseget dan kateket dan terutama dari Para Uskup seluruh dunia, untuk memperbaiki teks. Tim redaksi itu merupakan satu wadah pertukaran pikiran yang produktif dan memperkaya guna menjamin kesatuan dan keseragaman teks.<br /><br />Rancangan itu lalu dibicarakan secara luas oleh semua Uskup Katolik, oleh konferensi-konferensi para Uskup atau sinode mereka, selanjutnya oleh lembaga-lembaga di bidang teologi dan katekese. Secara keseluruhan ia mendapat sambutan yang baik dari episkopat, dan dengan alasan kilat orang dapat mengatakan bahwa katekismus ini merupakan hasil kerja sama episkopat Gereja Katolik yang dengan rela telah menerima himbauan saya, dan memikul sahamnya sendiri pada tanggung jawab dalam suatu prakarsa yang begitu langsung menyangkut kehidupan Gereja. Jawaban ini menimbulkan dalam diri saya kegembiraan yang mendalam karena harmoni dari begitu banyak suara benar-benar melukiskan apa yang dapat dinamakan "simfoni" iman. Penerbitan katekismus ini memancarkan dengan demikian hakikat kolegial dari episkopat: ia memberikan kesaksian mengenai katolisitas Gereja.<br /><br /><br />3. Susunan Isi<br /><br />Satu katekismus menggambarkan dengan setia dan secara organis ajaran dari Kitab Suci, dari tradisi yang hidup di dalam Gereja dan dari magisterium (wewenang mengajar) yang otentik, demikian juga warisan rohani dari bapa-bapa Gereja, para pria dan wanita kudus dalam Gereja, untuk memperkenalkan lebih baik misteri Kristen dan untuk menghidupkan kembali iman umat Allah. Ia harus memperhatikan perkembangan ajaran yang dalam peredaran waktu dicurahkan Roh Kudus kepada Gereja. Katekismus ini juga harus menjadi satu bantuan bagi orang Kristen supaya dengan terang iman dapat menyinari situasi dan masalah baru yang belum tampak di waktu yang silam.<br /><br />Karena itu katekismus akan mencakup yang lama dan yang baru (bdk. Mat 13:52) karena iman itu tetap sama, namun serentak merupakan sumber sinar yang selalu baru.<br /><br />Untuk menjawab keperluan ganda ini, maka "Katekismus Gereja Katolik" di satu pihak menggunakan susunan "lama" dan tradisional, yang sudah diikuti katekismus santo Pius V, dan membagi-bagi materi dalam empat bagian: syahadat; liturgi kudus, terutama Sakramen; kegiatan Kristen, yang dijelaskan dengan bertolak dari perintah-perintah; dan akhirnya doa Kristen. Tetapi serentak seluruh isi sering dipaparkan dalam bentuk "baru" untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan zaman kita.<br /><br />Keempat bagian itu berhubungan satu dengan yang lain: Misteri Kristen adalah pokok iman (bagian pertama); misteri yang sama dirayakan dan diberikan dalam kegiatan liturgi (bagian kedua); misteri itu hadir, untuk menerangi dan menunjang anak-anak Allah dalam perbuatannya (bagian ketiga); misteri itu merupakan dasar untuk doa kita, yang ungkapan utamanya adalah "Bapa Kami", dan merupakan pokok permohonan kita, pujian kita dan syafaat kita (bagian keempat).<br /><br />Liturgi itu sendiri adalah doa; karena itu, perayaan ibadat merupakan tempat yang cocok bagi pengakuan iman. Rahmat, buah Sakramen-sakramen, adalah prasyarat mutlak bagi perbuatan kita, demikian pula keikutsertaan kita dalam liturgi Gereja menuntut iman. Tetapi kalau iman tidak menampakkan diri dalam perbuatan, ia mati (bdk. Yak 2:14-16) dan tidak dapat menghasilkan buah untuk kehidupan kekal.<br /><br />Waktu membaca "Katekismus Gereja Katolik" orang dapat menangkap kesatuan rahasia Allah yang mengagumkan, rencana keselamatan-Nya, demikian pula tempat sentral Yesus Kristus, Putera Allah yang tunggal, yang diutus oleh Bapa, yang oleh naungan Roh Kudus telah menjadi manusia dalam rahim Bunda Maria tersuci untuk menjadi Penebus kita. Setelah wafat dan bangkit, Ia selalu hadir dalam Gereja-Nya, terutama dalam Sakramen-sakramen. Ia adalah sumber iman, contoh kegiatan Kristen dan Guru doa kita.<br /><br />4. Wibawa Teks<br /><br />"Katekismus Gereja Katolik", yang saya sahkan pada tanggal 25 Juni 1992 dan yang penerbitannya saya tetapkan hari ini berdasarkan jabatan apostolik saya, adalah satu penjelasan iman Gereja dan ajaran Katolik seperti yang disaksikan dan diterangi oleh Kitab Suci, oleh tradisi apostolik dan oleh Wewenang Mengajar Gereja. Saya mengakuinya sebagai alat yang sah dan legitim dalam pelayanan persekutuan Gereja, selanjutnya sebagai norma yang pasti untuk ajaran iman. Semoga ia dapat melayani pembaharuan yang untuknya Roh Kudus tanpa henti-hentinya memanggil Gereja Allah, tubuh Kristus, penziarah di jalan menuju terang Kerajaan abadi.<br /><br />Pengesahan dan penerbitan "Katekismus Gereja Katolik" merupakan satu pelayanan yang dapat diberikan pengganti Petrus kepada Gereja Katolik yang kudus dan kepada semua Gereja lokal, yang hidup dalam damai dan persekutuan dengan Takhta Apostolik Roma: yaitu pelayanan untuk menguatkan dan meneguhkan semua murid Tuhan Yesus di dalam iman (bdk. Luk 22:23), dan untuk mengukuhkan ikatan kesatuan dalam iman apostolik yang sama.<br /><br />Karena itu, saya minta kepada para gembala dan umat beriman agar menerima katekismus ini dalam semangat persekutuan dan mempergunakannya secara cermat dalam memenuhi perutusannya, apabila mereka mewartakan Injil dan mengajak orang untuk hidup menurut Injil. Katekismus ini dipercayakan kepada mereka supaya dapat dipakai sebagai teks acuan yang sah dan otentik untuk penjelasan ajaran Katolik dan teristimewa untuk menyusun katekismus di wilayah-wilayah. Sekaligus ia ditawarkan kepada semua warga beriman yang ingin memperdalam pengetahuannya mengenai kekayaan keselamatan yang tidak habis-habis-nya (bdk. Yoh 8:32). Selanjutnya ia mau memberikan juga satu dukungan untuk upaya-upaya ekumenis, yang mencakup kerinduan kudus menuju kesatuan semua orang Kristen, kalau ia menunjukkan dengan cermat isi dan hubungan yang harmonis dari iman Katolik. Akhirnya "Katekismus Gereja Katolik" dipersembahkan kepada setiap manusia yang bertanya kepada kita mengenai dasar harapan kita (bdk. 1 Ptr 3:15) dan hendak mempelajari apa yang Gereja Katolik imani.<br /><br />Katekismus ini tidak bertujuan untuk menggantikan katekismus wilayah yang sudah disahkan menurut peraturan oleh otoritas Gereja, oleh Uskup diosesan dan oleh konferensi para Uskup, terutama apabila mereka sudah mendapat pengesahan Takhta Apostolik. Ia bertujuan untuk menggairahkan penyusunan katekismus wilayah yang baru dan untuk membantu mereka yang memperhitungkan situasi dan kultur yang berbeda-beda, namun sekaligus dengan saksama memelihara kesatuan iman dan kesetiaan kepada ajaran Katolik.<br /><br />5. Penutup<br /><br />Pada akhir dokumen ini, yang memperkenalkan "Katekismus Gereja Katolik", saya mohon kepada Perawan Maria tersuci, bunda Sabda yang telah menjadi manusia dan bunda Gereja, supaya dengan doa yang berkuasa ia membantu pelayanan katekese dalam seluruh Gereja pada segala tingkat dalam zaman ini karena zaman kita ini dipanggil kepada satu upaya baru demi evangelisasi. Semoga terang iman yang benar dapat membebaskan umat manusia dari ketidakpahaman dan dari perhambaan dosa dan dengan demikian menghantarnya menuju kebebasan satu-satunya yang layak mendapat nama ini (bdk. Yoh 8:23): kebebasan kehidupan dalam Yesus Kristus di bawah bimbingan Rob. Kudus, di dunia ini dan di Kerajaan surga, dalam kepenuhan kebahagiaan pemandangan Allah dari muka ke muka (bdk. 1 Kor 13:12; 2 Kor 5:6-8).<br /><br />Diberikan pada tanggal 11 Oktober 1992, pada hari ulang tahun ketiga puluh pembukaan Konsili Vatikan II, dalam tahun keempat belas pontifikat saya.<br /><br />1 John XXIII, Discourse at the Opening of the Second Vatican Ecumenical Council, 11 October 1962: AAS 54 (1962), 788-91. 2 Paul VI, Discourse at the Closing of the Second Vatican Ecumenical Council, 7 December 1965: AAS 58 (1966), 7-8. 3 John Paul II, Discourse of 25 January 1985: L'Osservatore Romano, 27 January 1985. 4 Final Report of the Extraordinary Synod of Bishops, 7 December 1985: the Enchiridion Vaticanum vol. 9, II B a, n. 4:p. 1758, n. 1797. 5 John Paul II, Discourse at the of Closing of Extraordinary Synod of Bishops, 7 December 1985, n. 6: AAS 78 (1986), 435.<br /><br /><br /><br /><a name="I">I. Kehidupan Manusia - Mengenal dan Mencintai Allah</a><br /><a name="ccc1">1</a> Allah dalam Dirinya sendiri sempurna dan bahagia tanpa Batas. Berdasarkan keputusan-Nya yang dibuat Karena kebaikan semata-mata, Ia telah menciptakan manusia dengan kehendak bebas, supaya manusia itu dapat mengambil bagian dalam kehidupan-Nya yang bahagia. Karena itu, pada setup saat dan di mana-mana Ia dekat dengan manusia. Ia memanggil manusia dan menolongnya untuk mencari-Nya, untuk mengenal-Nya, dan untuk mencintai-Nya dengan segala kekuatannya. Ia memanggil semua manusia yang sudah tercerai-berai satu dari yang lain oleh dosa ke dalam kesatuan keluarga-Nya, Gereja. Ia melakukan seluruh usaha itu dengan perantaraan Putera-Nya, yang telah Ia utus sebagai Penebus dan Juru Selamat, ketika genap waktunya. Dalam Dia dan oleh Dia Allah memanggil manusia supaya menjadi anak-anak-Nya dalam Roh Kudus, dan dengan demikian mewarisi kehidupan-Nya yang bahagia.<br /><a name="ccc2">2</a> Supaya panggilan ini didengar di seluruh dunia, Kristus mengutus para Rasul yang telah dipilih-Nya dan memberi mereka tugas untuk mewartakan Injil: "Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat 28:19-20). Berdasarkan perutusan ini mereka "pergi memberitakan Injil ke segala penjuru dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya" (Mrk 16:20).<br /><a name="ccc3">3</a> Barang siapa dengan bantuan Allah telah menerima panggilan ini dan telah menyetujuinya dalam kebebasan, ia didorong oleh cinta kepada Kristus supaya mewartakan Kabar Gembira kepada seluruh dunia. Warisan bernilai yang diterima dari para Rasul ini dipelihara dengan setia oleh pengganti-pengganti mereka. Semua yang beriman kepada Kristus dipanggil supaya melanjutkannya dari generasi ke generasi, dengan mewartakan imam dengan menghayatinya dalam persekutuan persaudaraan dan dengan merayakannya dalam liturgi dan dalam doa.<br /><br /><a name="II">II. Mewariskan Iman - Katekese</a><br /><a name="ccc4">4</a> Gereja berusaha untuk menjadikan manusia murid-murid Kristus; ia hendak membantu mereka agar dapat percaya bahwa Yesus adalah Putera Allah, supaya dengan perantaraan iman itu mereka memperoleh kehidupan dalam nama-Nya. Melalui pengajaran, Gereja berusaha mendidik manusia menuju kehidupan mi dan dengan demikian membangun Tubuh Kristus. Semua usaha ini sudah sejak dahulu disebut katekese.<br /><a name="ccc5">5</a> Katekese ialah "pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman, yang pada khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, dan yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para. pendengar memasuki kepenuhan kehidupan Kristen" (CT 18).<br /><a name="ccc6">6</a> Katekese berhubungan erat dengan beberapa unsur tugas pemeliharaan rohani Gereja, unsur-unsur itu sendiri memiliki sifat kateketis, mempersiapkan katekese atau merupakan akibat darinya: pewartaan perintis tentang Injil, artinya khotbah misioner demi membangkitkan iman; mencari sebab-sebab untuk beriman; mengalami kehidupan Kristen; merayakan Sakramen-sakramen; diterima dalam persekutuan Gereja serta memberikan kesaksian apostolik dan misioner.<br /><a name="ccc7">7</a> Katekese erat sekali berkaitan dengan seluruh kehidupan Gereja. Bukan saja meluasnya lingkup geografis dan pertumbuhan jumlah anggotanya, melainkan terutama perkembangan rohaninya dan keselarasan hidupnya dengan rencana Allah secara hakiki tergantung pada katekese" (CT 13).<br /><a name="ccc8">8</a> Periode pembaharuan Gereja adalah juga musim berkembangnya katekese. Demikianlah dalam zaman luhur bapa-bapa Gereja, Uskup-uskup yang suci telah mengabdikan sebagian besar pelayanan rohani mereka kepada katekese. Itulah zaman Santo Sirilus dari Yerusalem dan santo Yohanes Krisostomus, santo Ambrosius dan santo Agustinus dan banyak bapa-bapa yang lain; karya kateketis mereka masih tetap patut dicontoh.<br /><a name="ccc9">9</a> Pelayanan katekese selalu menimba kekuatan baru dari konsili-konsili. Dalam hubungan ini Konsili Trente merupakan satu contoh yang sangat berarti; dalam konstitusi dan dekretnya ia memberi tempat yang terhormat kepada katekese; darinya muncullah Katekismus Romawi, yang dinamakan juga Katekismus Tridentin, dan yang sebagai ringkasan ajaran Kristen merupakan karya terkemuka; konsili itu memberi dorongan di dalam Gereja untuk mengatur katekese dengan lebih baik dan menghasilkan penerbitan banyak katekismus berkat para Uskup dan teolog yang suci seperti santo Petrus Kanisius, Santo Karolus Boromeus, Santo Turibio dari Mongrovejo dan Santo Robertus Belarminus.<br /><a name="ccc10">10</a> Maka tidak mengherankan, bahwa sesudah Konsili Vatikan II, yang dipandang oleh Paus Paulus VI sebagai katekismus besar untuk waktu sekarang, katekese Gereja menarik lagi perhatian. Direktorium katekese umum tahun 1971, sinode Para Uskup mengenai evangelisasi (1974) dan mengenai katekese (1977) demikian juga surat-surat apostolik yang berkaitan yakni "Evangelii Nuntiandi" (1975) dan "Catechesi tradendae" (1979) memberikan kesaksian tentang itu. Sinode luar biasa para Uskup tahun 1985 menghimbau agar disusun "satu katekismus atau satu kompendium mengenai seluruh ajaran iman dan kesusilaan Katolik" (Laporan akhir II B a 4). Paus Yohanes Paulus II menjadikan keinginan sinode para Uskup ini sebagai tugas pribadinya ketika ia mengakui bahwa "keinginan ini sangat sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya dari Gereja universal dan Gereja-gereja lokal" (Wejangan 7 Desember 1985). Ia berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi keinginan bapa-bapa sinode ini.<br /><br /><a name="III">III. Tujuan dan Sasaran Katekismus</a><br /><a name="ccc11">11</a> Katekismus ini hendak menyampaikan dalam terang Konsili Vatikan II dan seluruh tradisi Gereja satu sintesis yang organis mengenai isi yang hakiki dan mendasar tentang ajaran iman dan kesusilaan Katolik. Sumber-sumber utamanya adalah Kitab Suci, bapa-bapa Gereja, liturgi, dan magisterium Gereja. Katekismus ini dimaksudkan sebagai "acuan untuk katekismus atau kompendium yang harus disusun di berbagai wilayah" (Sinode para Uskup 1985, Laporan Akhir II B a 4).<br /><a name="ccc12">12</a> Katekismus ini diperuntukkan terutama bagi mereka yang bertanggung jawab mengenai katekese: pada tempat pertama untuk para Uskup sebagai guru iman dan gembala Gereja. Katekismus ini diberikan kepada mereka sebagai bantuan kerja dalam tugas mengajar Umat Allah. Selain bagi para Uskup, katekismus ini juga dimaksudkan bagi pengarang katekismus, para imam, dan katekis. Tetapi diharapkan, agar juga merupakan bacaan berguna bagi semua warga Kristen yang lain.<br /><br /><a name="IV">IV. Kerangka Katekismus</a><br /><a name="ccc13">13</a> Katekismus ini disusun sesuai dengan keempat tiang utama dalam tradisi besar penyusunan katekismus: pengakuan iman pembaptisan (pengakuan iman atau syahadat), Sakramen-sakramen iman, kehidupan iman (perintah-perintah) dan doa orang beriman (Bapa Kami).<br />Pengakuan Iman (Bagian I)<br /><a name="ccc14">14</a> Barang siapa bergabung dengan Kristus melalui iman dan Pembaptisan harus mengakui iman pembaptisannya di depan manusia [1]. Karena itu, katekismus ini berbicara pertama-tama mengenai wahyu, olehnya Allah berpaling kepada manusia dan memberikan Diri kepadanya, dan mengenai iman dengannya manusia menjawab wahyu Allah itu (Seksi I). Pengakuan iman mencakup semua anugerah yang diberikan Allah kepada manusia sebagai pemrakarsa segala yang baik, sebagai penebus, dan sebagai pengudus. Pengakuan iman tersusun sesuai dengan tiga pokok utama iman pembaptisan kita yaitu: iman kepada Allah yang esa, Bapa yang mahakuasa, dan Pencipta; iman kepada Yesus Kristus, Putera-Nya, Tuhan kita, dan Penebus. Dan iman kepada Roh Kudus dalam Gereja yang kudus (Seksi II).<br />Sakramen-sakramen Iman (Bagian II)<br /><a name="ccc15">15</a> Bagian kedua dari katekismus menguraikan bagaimana keselamatan, yang dikerjakan satu kali untuk selama-lamanya oleh Allah melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus itu, dihadirkan bagi kita: melalui kegiatan-kegiatan kudus liturgi Gereja (Seksi I), terutama melalui ketujuh Sakramen (Seksi II).<br />Kehidupan dalam Iman (Bagian III)<br /><a name="ccc16">16</a> Bagian ketiga menjelaskan tujuan akhir manusia yang diciptakan menurut citra Allah: kebahagiaan; bagian ini memperkenalkan juga jalan menuju ke tujuan itu: tindakan yang bebas dan tepat dengan bantuan petunjuk dan rahmat Allah (Seksi I). Tindakan ini ialah memenuhi hukum ganda cinta kasih seperti yang dikembangkan dalam sepuluh perintah Allah (Seksi II).<br />Doa dalam Kehidupan Iman (Bagian IV)<br /><a name="ccc17">17</a> Bagian terakhir katekismus berbicara tentang arti dan nilai doa dalam kehidupan seorang beriman (Seksi I). Bagian ini ditutup dengan satu komentar singkat mengenai ketujuh permohonan doa Tuhan, "Bapa Kami" (Seksi II). Dalam permohonan-permohonan ini terdapat keseluruhan isi harapan kita yang akan dianugerahkan Bapa surgawi kepada kita.<br /><br /><a name="V">V. Petunjuk Praktis untuk Menggunakan Katekismus</a><br /><a name="ccc18">18</a> Katekismus ini dimaksudkan sebagai satu penjelasan organis seluruh iman Katolik. Dengan demikian, orang harus membacanya sebagai satu kesatuan. Petunjuk yang banyak dalam catatan kaki dan pada tepi teks, demikian pula indeks pada akhir buku memungkinkan orang melihat tiap tema dalam hubungannya dengan iman secara menyeluruh.<br /><a name="ccc19">19</a> Sering kali Kitab Suci tidak dikutip secara harfiah, tetapi hanya ditunjuk saja (pada catatan kaki). Membaca ulang teks-teks Kitab Suci yang bersangkutan sangat membantu suatu pengertian yang lebih mendalam. Penunjukan teks-teks Kitab Suci ini pun dimaksudkan sebagai bantuan untuk katekese.<br /><a name="ccc20">20</a> Bagian yang dicetak dengan huruf kecil mengandung catatan historis atau apologetik atau juga penjelasan dan pelajaran yang melengkapi.<br /><a name="ccc21">21</a> Kutipan-kutipan dengan huruf kecil diangkat dari sumber patristik, liturgi, magisterium, atau hagiografi guna memperkaya penjelasan ajaran. Sering kali teks-teks ini dipilih sekian, agar bisa langsung digunakan dalam katekese.<br /><a name="ccc22">22</a> Pada akhir tiap tema, teks-teks singkat menyimpulkan isi ajaran yang hakiki dalam rumusan padat. Teks-teks itu ingin mendorong katekese lokal untuk merumuskan kalimat-kalimat singkat yang dapat dihafal.<br /><br /><a name="VI">VI. Penyesuaian yang Perlu</a><br /><a name="ccc23">23</a> Katekismus ini pada tempat pertama sekali bermaksud untuk menjelaskan ajaran. Gunanya ialah untuk memperdalam pengetahuan iman. Dengan demikian, ia bertujuan agar iman semakin matang, semakin berakar dalam kehidupan, dan semakin bercahaya dalam kesaksian [4].<br /><a name="ccc24">24</a> Berdasarkan tujuannya maka katekismus ini sendiri tidak dapat membuat penyesuaian dalam penjelasan dan metode kateketik yang dituntut oleh perbedaan dalam kultur, tahap kehidupan, dalam kehidupan rohani, dalam situasi kemasyarakatan dan gerejani dari para alamat. Penyesuaian yang mutlak perlu ini merupakan tugas katekismus-katekismus lokal dan terutama tugas mereka yang bertanggung jawab atas pengajaran umat beriman:<br />"Barang siapa menjalankan tugas mengajar, harus menjadi segala-galanya untuk semua (1 Kor 9:22), supaya memenangkan semua mereka untuk Kristus ... janganlah ia mengira bahwa manusia yang dipercayakan kepada pelayanannya semuanya mempunyai sifat yang sama, sehingga ia dapat mengajar mereka semua dengan cara yang sama menurut skema yang mapan dan pasti, untuk membentuk mereka ke arah kesalehan yang benar. Sebaliknya sebagian dari mereka adalah bagaikan `bayi yang baru lahir (1 Ptr 2:2); yang lain baru mulai bertumbuh dalam Kristus; sedangkan beberapa sudah termasuk usia dewasa ... Mereka yang dipanggil untuk tugas ini harus mengerti bahwa sangat perlu, agar dalam usaha mengajarkan misteri iman dan perintah kehidupan, ajaran disesuaikan dengan daya pikir dan daya tangkap para pendengar" (Catech.R. Pengantar 11).<br /><br />Terutama - Cinta<br /><a name="ccc25">25</a> Pada akhir pengantar ini perlu diingatkan lagi akan pedoman pastoral, yang dalam Katekismus Roma dirumuskan sebagai berikut:<br />"Seluruh nasihat dan pengajaran harus diarahkan kepada cinta yang tidak mengenal titik akhir. Jadi, kalau orang hendak menjelaskan sesuatu yang harus diimani, diharapkan atau dilaksanakan - maka selalu harus terutama cinta kepada Tuhan kita dianjurkan, supaya setiap orang dapat mengerti bahwa semua amal kebajikan kesempurnaan Kristen hanya bersumber pada cinta dan hanya mengenal satu tujuan, yaitu cinta" (Pengantar 10).Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-48459868823440285052008-08-31T00:22:00.002+07:002008-08-31T00:26:43.981+07:00Ajaran Sosial Gereja1. Pengantar<br /><br />Ajaran Sosial Gereja (biasa disingkat ASG), adalah kumpulan dokumen-dokumen resmi Gereja Katolik, seputar perhatiannya kepada masalah-masalah sosial yang ada di sekitarnya. Gereja sedari dulu tidak ingin menjadi menara gading yang berdiri kokoh, namun lingkungan sekitarnya terabaikan dan tertindas.<br /><br />Baiklah kiranya jika kita lebih mengenal sedikit saja tentang ajaran-ajaran itu; sehingga dapat menjadi inspirasi dalam kehidupan nyata kita sekarang.<br /><br />Ada 13 dokumen yang dapat dikategorikan sebagai ASG :<br /><br />1. Rerum Novarum, "Keadaan Buruh", 1891, Paus Leo XIII<br />2. Quadragesimo Anno, "Empat Puluh Tahun Kemudian", 1931, Paus Pius XI<br />3. Mater et Magistra, "Kekristenan dan Kemajuan Sosial", 1961, Paus Yohanes XXIII<br />4. Pacem in Terris, "Perdamaian Dunia", 1963, Paus Yohanes XXIII<br />5. Gaudium et Spes,"Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Modern",1965, Konsili Vatikan II<br />6. Dignitatis Humanae, "Deklarasi tentang Kebebasan Beragama", 1965, Konsili Vatikan II<br />7. Populorum Progressio, "Tentang Kemajuan Bangsa", 1967, Paus Paulus VI<br />8. Octogesima Adveniens, "Panggilan untuk bertindak, dalam rangka Memperingati ulang tahun ke-80 Rerum Novarum, 1971, Paus Paulus VI<br />9. Iustitia in Mundo, "Keadilan di Dunia", 1971, Sinode Uskup di Roma<br />10. Evangelii Nuntiandi, "Penginjilan dalam dunia modern", 1975, Paus Paulus VI<br />11. Laborem Excersens, "Tentang Kerja Manusia", 1981, Paus Yohanes Paulus II<br />12. Solicitudo rei socialis, "Tentang Keprihatinan Sosial", 1987, Paus Yohanes Paulus II<br />13. Centesimus Annus, "Pada peringatan Ulang Tahun ke-100 Rerum Novarum", 1991, Paus Yohanes Paulus II<br /><br />Keseluruhan dokumen tersebut haruslah dibaca dan dimengerti sesuai dengan jaman yang melingkupi pembuatan dokumen tersebut, inilah kekayaan kita yang menghargai adanya Tradisi dalam gereja kita. Misalnya munculnya Rerum Novarum, tidak lepas dari situasi abad ke-19<br />dimana buruh / pekerja kurang dimanusiawikan dalam lingkup dunia industri saat itu.<br /><br />Jika tertarik untuk mendalami satu per satu ajaran itu, baiklah untuk sejenak membaca beberapa buku yang sudah beredar dalam bahasa Indonesia, seperti :<br /><br />1. Ajaran Sosial Katolik 1891 - sekarang; Buruh, Petani, dan Perang Nuklir; Charles E. Curran, terjemahan Kanisius 2007.<br />2. Ajaran Sosial katolik, R Hardaputranto, Seri Forum LPPS No.18, LPPS, 1991<br />3. Solidaritas: 100 tahun Ajaran Sosial Katolik, Kanisius, 1992<br />4. Pokok-pokok Ajaran Sosial katolik, Michael Schulties, terj. Kanisius, 1993<br />5. Diskursus Sosial Gereja sejak Leo XIII, Eddy Krisitanto, Dioma, 2003<br />6. Bukan Kapitalisme, Bukan Sosialisme, Kanisius, 2004<br />7. Kumpulan Dokumen Ajaran Sosial katolik tahun 1891-1991, terj. R Hardawiryana, Dokpen KWI, 1999<br /><br />Dan ada beberapa situs yang dapat dijadikan bantuan utk berdiskusi juga ada :<br />1. <a href="http://www.sabda.org/">www.sabda.org</a><br />2. <a href="http://www.ekaristi.org/">www.ekaristi.org</a><br />3. <a href="http://www.pondokrenungan.com/">www.pondokrenungan.com</a><br />4. <a href="http://www.gerejakatolik.net/">www.gerejakatolik.net</a><br /><br /><br /><strong>2. Dari Rerum Novarum hingga Quadragesimo anno<br /></strong><br />Gerakan enlightment,- sebuah gerakan pencerahan muncul pada abad ke-18 di seluruh daratan eropa. Gerakan intelektual ini menekankan kebebasan individu serta kebebasan manusia. Pengaruhnya terasa pada ajaran sosial Katolik serta kehidupan sosial dan lebih-lebih dalam teori politik dan praktik. Ada sebuah upaya untuk memadukan keduanya, dialog antara Gereja dan liberalisme politik. Namun, akhirnya Gereja merasa kebebasan individu, kebebasan manusia, dan akal budi manusia seharusnya tidak terpisah dari hubungannya dengan Allah dan hukum Allah. Dilanjutkan pada abad ke-19, pada abad revolusi industri. Gereja mulai melihat adanya penderitaan kaum buruh dimana-mana. Buruh-buruh ini tidak mempunyai pendapatan yang layak, upah minimal. Tak ada undang-undang tentang pembatasan jam kerja, hak untuk berorganisasi, asuransi kecelakaan, perlindungan terhadap PHK. Pengusaha dengan seenaknya mengejar keuntungan, tanpa memperhitungkan kesejahteraan para buruh. Dengan demikian Kapitalisme ditolak. ( Rasanya, sampai sekarang hal ini masih relevan di Indonesia .... )<br /><br />Sejalan dengan penderitaan kaum buruh itu, muncullah kritik atas sistem modal. Ada upaya untuk mencita-citakan masyarakat yang sejahtera, damai. Tenaga kerja dan pekerjaan diarahkan tidak untuk memperoleh keuntungan pribadi, tetapi untuk mencapai kehidupan yang menyenangkan. Negara diharapkan berperan besar dalam hal ini. Segala hal harus diatur oleh Negara. Inilah inti gerakan sosialisme pada waktu itu. Dan lagi-lagi dialog antara Gereja dan sosialisme terjadi. Gereja menolak terlalu besarnya peran Negara ini. Gereja memilih jalan tengah. Muncullah Rerum Novarum. 1891. Bukan kapitalisme. Bukan Sosialisme.<br /><br />Gereja mengakui hak sah dan kebutuhan partisipasi oleh semua orang dalam hal milik pribadi, namun mendukung upah yang adil, hak buruh untuk berorganisasi, dan kebutuhan intervensi terbatas oleh Negara untuk menolong kelompok-kelompok yang ada dalam kesulitan.<br />"Ketika kepentingan umum dari sebuah kelas terganggu atau terancam oleh kejahatan yang tidak mungkin dapat diatasi, otoritas publik ( negara ) harus masuk untuk menghadapinya .......... Hukum tidak boleh berbuat lebih banyak dan tidak boleh masuk terlalu jauh daripada yang dibutuhkan untuk menangkal kejahatan dan menyingkirkan bahaya." ( Rasanya, juga masih relevan terjadi di negara kita ... )<br /><br />Depresi besar akibat gelombang revolusi industri masih terjadi di awal abad ke-20. Dan buruh adalah korbannya. Tuan-tuan pemodal tetap bergembira. Kutukan Gereja terhadap bentuk extrem sosialisme dan individualisme kapitalistik tetap menggema.<br />Dengan lebih tegas, Quadragesimo anno, menyerukan perlunya intervensi negara dan hak terbatas atas hak milik pribadi yang mempunyai dimensi sosial. Kita ingat tahun 1931 adalah tahun krisis di Eropa dan Amerika.<br /><br />Mungkin ringkasan ini terlalu singkat untuk menjelaskan masa-masa revolusi industri dalam dunia modern pasca Renaissance.<br />Khusus untuk Pergumulan pemikiran di era modern ini dapat dibaca lebih detil dalam buku Filsafat Modern, karangan F Budi Hardiman, yang menggambarkan dengan jelas proses pemikiran akhir abad pertengahan hingga awal abad ke-20. Begitu banyak pergumulan ide, berbagai pemikiran perkembangan ilmu pengetahuan yang mendasari segala hal yang terjadi pada masa itu, bahkan hingga kini.<br /><br />Namun message dua ensiklik ini, oleh Paus Leo XIII dan Pius XI bahwa kita harus terlibat dan berpartisipasi memberi perhatian dalam ketidakadilan yang terjadi di sekitar kita. Kita wajib dan berhak mengumpulkan harta pribadi demi kehidupan yang lebih layak. Namun orang lain, kaum miskin, juga berhak mendapatkan penghidupan yang layak. Sebagian harta kita, adalah hak orang lain, hak kaum tertindas itu.<br /><br />( bersambung .... )Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-62673173970849968712008-08-22T10:46:00.003+07:002008-08-22T10:50:32.427+07:00Simbiosis Mutualis: Filsafat & TeologiOleh: Eddy Kristianto<br /><br />Seorang filosof-teolog skolastik, Thomas Aquinas, mengatakan bahwa filsafat itu hamba teologi (<em>philosofia ancilla theologiae est</em>). Maksudnya, mahkota dari sumber segala ilmu (filsafat) adalah teologi (refleksi ilmiah tentang iman kepada Allah). Teologi mestinya dilayani oleh ilmu-ilmu bantu, seperti filsafat.<br /><br />Dalam periode skolastik, filsafat disebut hamba teologi tidak hanya karena kebenaran filsafat disubordinasikan pada kebenaran-kebenaran teologis, tetapi juga karena filsafat pertama-tama mengandalkan pada daya-daya insani saja.<br /><br />Filsafat di sini punya makna luas, termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan. Ada kesan ungkapan tersebut berbau anyir untuk alam pikiran modern, khususnya di hadapan konflik wajar antara ilmu pengetahuan dan agama; apalagi kalau hal itu mengimplikasikan bahwa dogma hendaknya berada di atas pemikiran rasional.<br /><br /><strong>Memikirkan dan mendengarkan<br /></strong><br />Memikirkan berarti melakukan penafsiran (interpretasi). Sebelum zaman Thomas Aquinas, teologi tidak dikaitkan dengan pemikiran rasional, sementara ia mendesakkan teologi mestinya menggunakan filsafat dalam arti luas sebagai sarananya (means). Gagasannya adalah untuk memperbaiki teologi, bukan untuk memperbudak filsafat.<br /><br />Sebelum pemikiran Aquinas menjadi bentuk resmi teologi Katolik, dia dipandang dengan sebelah mata sebagai bidah (heresy) karena antaran filsafat Aristotelian yang diusahakannya ke dalam teologi. Mengingat Aristoteles adalah filosof pra-Kristen, maka pemikiran Aquinas dianggap sebagai antaran kekafiran ke dalam Kristianitas.<br /><br />Padahal, titik pijak filsafat dan teologi sungguh berbeda. Filsafat tidak mengandaikan iman dan kepercayaan kepada Tuhan, yang diakui sebagai Yang Mutlak (absolut), sekalipun A Forest dalam La philosophie orante menulis, "Jika pikiran mencapai dasarnya, ia dengan sendirinya menjadi religius, bukan sesuatu yang disimpulkan, melainkan sebagai sesuatu yang pasti". Filsafat (philo dan sophia) berobjekkan ada, beraktivitas memikirkan.<br />Adapun titik pijak teologi adalah pengalaman (eksistensial dan empiris) beriman, yang merupakan tanggapan atas pernyataan Diri Allah. Di sini manusia beraktivitas mendengarkan. Ia mendengarkan firman (logos).<br /><br />Tidak perlu di sini diangkat konflik filsafat dan teologi pada masa silam kalau kita tidak hendak terjerembab (meminjam tradisi filsafat analitik) dalam category mistrakes (Mengabdi Kebenaran/MK, halaman vii). Kalau masing-masing pengemban ilmu cukup rendah hati dan tidak angkuh, ia akan menerima kebenaran ini: pikiran yang membawa kita naik kepada Allah adalah kelanjutan dari gerak yang membawa kita kepada Ada (MK, halaman vii).<br />Kebenaran (veritas)<br /><br />Manusia bukan kebenaran. Ia "hanyalah" pencari kebenaran. Oleh karena itu, manusia tidak dapat menjadi tolok ukur kebenaran. Meski keingintahuan Pontius Pilatus tentang "apa itu kebenaran?" tidak terjawab, ukuran lazim kebenaran tidak sulit dirumuskan, yakni kesesuaian antara akal budi (rasio) dan kenyataan (realitas).<br /><br />Kebenaran yang dipikirkan dan dicari itu imperatif sekaligus indikatif; hal mana berkaitan dengan tegangan antara tugas manusia mencari-menemukan kebenaran dan pemberian (gift) dari Allah (Bdk. Allah Menggugat (AM), halaman 488).<br />Buku Mengabdi Kebenaran memperlihatkan arus macam apa yang tengah diperjuangkan mazhab filsafat Ledalero. Sebanyak 9 dari 12 bagian buku ini mengembangkan dan berpijak pada konteks para penulis untuk menghormati Jozef Pieniazek yang genap berusia 80 tahun.<br />Pieniazek, yang telah mengajar filsafat lebih dari 40 tahun di Ledalero, Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur, berhasil merajut dua tradisi: iman dan filsafat, dengan benang merah keutamaan-keutamaan (virtus) seperti ketulusan, kesetiaan, dan kejujuran (MK, halaman 25). Pieniazek dalam mazhab filsafat Ledalero merupakan figur sekaligus ikon yang mengajarkan apa yang diyakini (cfr. MK 329-366). Inilah kualitas seorang guru.<br />Beberapa penulis, mantan murid Pieniazek, bersandar pada paradigma pemikiran para tokoh seperti Alasdair MacIntyre (Bagian 1), Thomas Aquinas (Bagian 2), Walter Benjamin (Bagian 3), Emmanuel Levinas (Bagian 4), Krisna Chandra Bhattacharya (Bagian 6), Ibn Rush dan Thomas Aquinas (Bagian 7), Thomas More (Bagian 9), dan Karol Wojtyla (Bab 11).<br />Semua bahasan dibuat menukik di dalam kebenaran, mengingat kebenaran dapat dipelajari dari tradisi dan dari peguyuban di mana seseorang hidup (MK, halaman 1-25). Bukan De Veritate Thomas Aquinas jika tidak berbicara tentang kebenaran (MK, halaman 27-88).<br />Apa yang digumuli Walter Benjamin (filosof sejarah) adalah menyingkap kebenaran yang pasti memihak (MK, 89-134). Mengabdi pada kebaikan bersama (common good), teristimewa kelompok-kelompok kecil, memperlihatkan kualitas pribadi dan keberpihakan yang "menyandera".<br />Kebenaran itu terjadi dalam dialektika antara sikap kritis terhadap penyimpangan dan ketetapan yang perlu dipatuhi. Selain itu, juga dialog antara keyakinan pribadi (iman yang perlu dipertanggungjawabkan sebagai fides quaerens intellectum) dan budaya. Dialog ini respektif, saling memperkaya dan mengantar orang sampai pada tanggung jawab bersama.<br />Dalam konteks ini, "setia pada kebenaran" yang pernah dilansir Prof Sudarminta SJ mendapat teman dalam judul buku ini. Peran pendidikan dan pembentukan diri berkaitan erat dengan kebenaran. Kemudian contoh heroik diangkat oleh John M Prior mengenai Thomas More, yang berdiri sebatang kara di hadapan kesewenang-wenangan.<br />Kokoh, tak goyah, dan setia pada suara hati merupakan salah satu wujud konkret "mengabdi kebenaran". Tetap disadari sepenuhnya, pengabdian itu terancam gagal oleh kerapuhan insani, yang dalam bahasa teologis disebut dosa dan ketidakpercayaan.<br />G Kirchberger malah menandaskan, kebenaran itu inti agama Kristen (bdk. AM 71-87). Antusiasme tulisan ini sangat nyata. Tetapi, akankah ia bertahan jika dihadapkan pada pasar malam keselamatan yang diikuti oleh pluralitas agama?<br />Kibaran bendera kebenaran selain mengarah pada (martabat) manusia, juga pada iman akan Allah. Ini yang ditemukan dalam guratan mengenai Karol Wojtyla, Santo Subito! Semua hermeneuse tentang kebenaran akhir-akhirnya perlu diyakini dan berbuah dalam penghayatan hidup bermasyarakat.<br /><br /><strong>Manakah gugatan Allah?<br /></strong><br />Sejarah, yang merupakan "wadah" di mana manusia memiliki pengalaman akan kearifan, kebenaran, Allah, kerapuhan merupakan locus theologicus. Meskipun Allah itu dapat dialami, tetapi Allah tidak terbilang dalam kategori pemikiran. "Allah itu Allah" (AM, halaman vi). Di sinilah eksistensi Allah mengasumsikan iman-kepercayaan.<br /><br />Asumsi itu dibingkai dalam kerangka kerja yang pertama-tama mengolah tradisi iman dan filsafat (MK, halaman 24). Halnya sangat jelas sehingga unsur yang berbeda itu akhirnya terjadi simbiosis mutualis. Dalam konteks ini, berteologi mengandaikan ragam sumbangan antara lain dari filsafat, sosiologi, psikologi, dan antropologi.<br /><br />Alur kedua buku sangat bagus dan kuat sehingga memang sanggup menerbitkan mentari kebenaran dari Nusa Tenggara Timur. Tilik saja Allah Menggugat! Karya Kirchberger ini sangat enak dibaca, sistematis dan runtut, tidak menjadi luntur dan dangkal, meski diracik dengan kosakata yang sederhana dan bersahaja. Kentara sekali penulis AM dibesarkan dalam tradisi intelektual Aristotelian yang thomistik, meski lulusan St Augustin.<br /><br />Buku ini menuturkan perjalanan dan muatan kebegawanan, yang intinya adalah kebenaran. Kebenaran itu disikapi dalam cara hidup (style of life) secara positif-optimistik. Memadukan antara apa yang diandalkan manusia (yakni martabat luhurnya: akal budi, kebebasan, hati nurani, arah dan tujuan hidup ini) dan apa yang Allah singkapkan pada manusia.<br />Penyingkapan Allah itu bagaikan gugatan yang mesti disuarakan yang jelas. Persis inilah the prophecy of life. Gugatan Allah di sini ditujukan pada dua semangat dasar yang salah arah: persaingan yang mematikan dan kekerasan yang menyingkirkan.<br />Simbiosis<br /><br />Kecermatan seorang Kirchberger teruji ketika AM praktis menjadi Summa Theologica setelah 30 tahun beliau merambah dunia dogmatika dengan tetap memiliki konsern pada eklesiologi. AM mengingatkan saya pada Teologi Sistematika (2 Jilid, Kanisius 2005), yang juga merupakan Compendium teologi N Dister, yang disebut oleh Prof Franz Magnis-Suseno sebagai salah seorang teolog Indonesia utama dalam 30 tahun terakhir. Diskursus, April 2005, 92.<br />Simbiosis mutualis antara MK dan AM melengkapi khazanah keilmuan dalam laku hermeneutika. Simbiosis ini tidak akan terjadi jika masing-masing disiplin ilmu saling mengeksklusikan.<br /><br />Inilah kontribusi mendasar kedua buku ini. Yang satu (MK) menegaskan pencarian kebenaran yang belum selesai, yang lain (AM) mengarahkan dengan keyakinan religius ke mana pencarian itu hendaknya diakhiri.<br /><br />Yang satu (AM) bergerak menurun agar tidak spekulatif-akademis-elitis, melainkan kontekstual dan menelanjangi diri dalam kebecekan lumpur insani. Yang lain (MK) menjadi gelar simfoni mazhab filsafat Ledalero yang nyaris tanpa cacat, kecuali (MK 15) yang mengundang kernyitan dahi.<br /><br />Persenyawaan filsafat dan teologi melahirkan ilmu humaniora (dalam ranah septem liberales) yang tidak pernah netral. Mengenali gugatan Allah tanpa pengolahan daya nalar-filosofis akan melahirkan fundamentalisme yang destruktif. Memadukan antara MK dan AM berarti menakar kesungguhan keterlibatan ilmu pada masalah-masalah sosial, bahkan yang sakral sekalipun.<br />Kalau sesanti filosofis berbunyi "Di tengah kedangkalan, kami tawarkan kedalaman", maka nubuat teologis begini: "kami menjadikan kepercayaan, mitra pemerdekaan". Keduanya merayakan kemanusiaan dengan kualifikasi tertentu.<br />Simbiosis dan pemaduan itu bagaikan peristiwa inkarnasi, di mana Allah "berkemah" bersama manusia. Dia menjadi salah seorang di antara kita. Maksud-Nya agar kemanusiaan diluhurkan dan kembali kepada martabatnya.<br /><br />*) Eddy Kristiyanto Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, JakartaChrist Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-60129781323490762182008-08-22T01:27:00.002+07:002008-08-22T01:33:32.826+07:00AlamAda tiga kata yang bisa mewakili alam:<br /><br />Harmoni, Damai, dan Abadi<br /><br />Harmoni,<br />tidak ada batang pohon yang cukup bodoh untuk saling mematahkan<br /><br />Damai,<br />karena semuanya saling melengkapi.<br />Air laut menguap naik karena sinar matahari.<br />Hujan membawanya turun.<br />Sungai yang mengembalikannya ke laut.<br /><br />Abadi,<br />karena dalam diam, alam sedang menyuarakan suara-suara keabadian.<br /><br />Dengan bantuan kepekaan, ada yang menemukan:<br />Alam ada, lebih dari sekedar membuat manusia hidup.<br />Alam juga tanda-tanda jalan pulang menuju kedamaian abadi.<br /><br />( Gede Prama, 2004 )Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-91967639874731381622008-08-20T23:17:00.001+07:002008-08-20T23:19:01.303+07:00resikoBanyak orang hanya bersedia melakukan sesuatu yang aman dan mengikuti arus,<br />sehingga<br />kebanyakan dari mereka memang tidak berpeluang untuk memperoleh hasil yang luar biasa.<br /><br />Untuk mendapatkan hasil yang lebih,<br />seseorang memang diharapkan untuk dapat mengambil resiko,<br />tentunya bukan resiko yang tanpa perencanaan dan pertimbangan matang,<br />karena setiap sukses dicapai dengan persiapan yang baik,<br />dan keputusan untuk melakukan sesuatu dengan resiko yang telah diperhitungkan.Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-84817328921042682062008-08-20T23:03:00.001+07:002008-08-20T23:07:31.549+07:00Dari Teologi Pembebasan ke Sosialisme BaruTerpilihnya Fernando Lugo Mendez sebagai Presiden Paraguay meningkatkan wacana global mengenai derasnya arus sosialisme baru yang sedang menerjang Amerika Latin setelah Teologi Pembebasan. Fenomena Amerika Latin itu menjadi topik diskusi terbatas harian ”Kompas” 5 Juli lalu dengan menghadirkan pembicara Martin Bhisu (Sekretaris Pribadi Fernando Lugo ketika masih menjadi uskup), Robert Bala (pemerhati Amerika Latin), Budiman Sudjatmiko (pemerhati isu geopolitik dan geoekonomi), dan Edu Dosi (pemerhati gerakan sosial). Hasil diskusi dirangkum dalam dua tulisan di halaman ini dan halaman 5.<br />Setelah terpana oleh Teologi Pembebasan, dunia kembali terentak oleh gemuruh gerakan sosialisme baru di Amerika Latin. Gerakan ”sosialisme dalam praktik” sedang menerjang jauh ke dalam sudut-sudut kawasan Amerika Latin.<br />Selama ini sosialisme hanya menjadi ideologi dan bahan retorika kaum elite yang hanya menciptakan kesadaran palsu, atau kesadaran naif dalam istilah Paulo Freire, yang menjauhkan prinsip itu dari kenyataan hidup rakyat sehari-hari.<br />Pergulatan Teologi Pembebasan telah melucuti dan membongkar kepalsuan sosialisme di tingkat elite dengan mengembalikannya kepada kemurnian praktik pada kehidupan rakyat sesuai dengan istilah itu dimaksudkan.<br />Teologi Pembebasan ibarat lahan gembur, yang memberi ruang bagi munculnya momentum penting yang langsung merekah ketika Hugo Chavez tampil di panggung politik Venezuela tahun 1998 dengan mengusung neososialisme. Tidak tanggung-tanggung, dalam tempo 10 tahun, sembilan negara Amerika Latin menganut sosialisme baru.<br />Gulungan gelombang neososialisme sudah menjangkau Venezuela, Brasil, Ekuador, Argentina, Cile, Peru, Nikaragua, Uruguay, dan Paraguay. Spiritualitas sosialisme baru itu juga mulai terasa kencang di Kuba sebagai lahan kering penganut sosialisme ideologis.<br />Lokomotif gerakan ”sosialisme dalam praktik” terus menarik gerbong-gerbong baru. Gerakan sosialisme mendapat angin kuat di kawasan Amerika Latin, yang diduga akan membawa angin sepoi ke seluruh dunia.<br />Gerakan sosialisme baru di Amerika Latin termasuk fenomenal setelah entakan hebat Teologi Pembebasan yang berkembang sejak awal tahun 1970-an. Semula gerakan neososialisme menimbulkan sinisme di tengah proses deideologisasi global setelah komunisme dicampakkan di Uni Soviet awal tahun 1990-an.<br />Sempat muncul keraguan, jangan-jangan Chavez seorang demagog, pandai beretorika tentang sosialisme, tetapi sebenarnya tidak beda dengan tokoh populis, seperti Joseph Estrada di Filipina, yang penuh korup.<br />Bahkan Chavez dituduh berilusi, sedang mencari sensasi di tengah dunia yang sedang mendiskreditkan sosialisme setelah kehancuran Uni Soviet pada pengujung tahun 1990. Bagi yang terpaku kepada pemahaman sosialisme sebagai ideologi, pernyataan Chavez semula dinilai ketinggalan zaman.<br />Semua terperangah<br />Namun, di luar dugaan, Chavez yang mengusung neososialisme tiba-tiba memenangi pemilihan presiden Venezuela tahun 1998. Sulit dijelaskan mengapa seseorang yang menjual sosialisme sebagai ideologi kusam yang sudah dicampakkan meraih kemenangan pemilu.<br />Reaksi terperangah bertambah karena Chavez bukan datang dari lingkungan elite atau partai politik yang telah lama mendominasi kehidupan bangsa dan negara. Chavez justru datang dari pinggiran sebagai seorang prajurit pemberontak, tetapi kemudian bergerak ke tengah bersama kawanan rakyat yang mengandalkan kemandirian berdasarkan spiritualitas Teologi Pembebasan.<br />Kemandirian itu juga dilakukan dalam perekrutan kepemimpinan. Jika selama ini pemimpin datang atau didatangkan dari atas, dari lingkungan elite, kini pemimpin lahir dari kawanan mereka sendiri.<br />Pengalaman selama ini sudah sangat mengecewakan karena harapan perubahan yang diserahkan kepada kepemimpinan kaum elite dan partai-partai politik sering dikhianati, bahkan rakyat miskin senantiasa dijadikan korban di altar penindasan dan pengisapan penguasa.<br />Chavez termasuk salah satu pemimpin yang lahir dari kawanan rakyat kebanyakan. Tanpa dukungan modal, partai besar, dan media massa, Chavez dan pemimpin sosialis Amerika Latin dapat merangkak naik menjadi pemimpin nasional.<br />Sumber kekuatan satu-satunya terletak pada rakyat yang mampu menghimpun diri, yang semula menjadi kelompok penekan dan kemudian melakukan transformasi vertikal sebagai kekuatan politik dan basis suara pemilihan.<br />Gerakan politik dari bawah, dari akar, ini tak hanya merontokkan kemapanan kelompok status quo, tetapi juga menampilkan pemimpin yang memihak kepentingan rakyat secara nyata.<br />Pengalaman Amerika Latin selama 10 tahun memperlihatkan juga kejatuhan kelompok yang mapan bukan melalui jalur revolusi atau pemberontakan, tetapi melalui pragmatisme etis yang menekankan kesejahteraan rakyat banyak.<br />Segera terlihat, sosialisme baru yang dimotori Chavez terbukti bersifat organik, hidup, dan bermanfaat bagi masyarakat. Lebih menarik lagi, Chavez tidak lupa diri ketika berada tinggi di panggung kekuasaan. Sekalipun kekuasaan memabukkan yang sering membuat politisi lupa diri dan lupa rakyat, Chavez mampu menjaga komitmennya.<br />Secara regional, Chavez menjadi ikon gerakan sosialisme baru yang berorientasi kepada praktik. Namun, kiprah kepemimpinan Chavez juga mengundang ketidaksenangan kelompok yang mapan. Upaya menggulingkan Chavez terjadi tahun 2002, tetapi posisinya tak tergoyahkan karena rakyat mendukungnya.<br />Secara global, gerakan Chavez dan kawan-kawan menimbulkan perlawanan keras, terutama pada penganut kapitalisme dan neoliberalisme. Amerika Serikat sebagai kampiun kapitalisme dan liberalisme dibuat frustrasi oleh langkah Chavez, yang memang secara vokal mengecam kebijakan AS.<br />Pengaruh AS di kawasan itu pun terus dipersempit oleh gerakan sosialisme dalam praktik, yang telah mengepung Amerika Latin. Bunyi gemuruh gerakan neososialisme benar-benar sudah mengganggu adidaya AS.<br /><br /><br /> Rikard Bagun, Kompas, 10 Agustus 2008.Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-53681977351818427212008-08-18T18:11:00.001+07:002008-08-18T18:13:04.231+07:00Tan Malaka, sejak Agustus ituGunawan Muhamad, Catatan Pinggir, Majalah Tempo, 11-17 Agustus 2008.<br /><br />SAYA bisa bayangkan pagi hari 17 Agustus 1945 itu, di halaman sebuah rumah di Jalan Pegangsaan, Jakarta: menjelang pukul 09:00, semua yang hadir tahu, mereka akan melakukan sesuatu yang luar biasa.<br />Hari itu memang ada yang menerobos dan ada yang runtuh. Yang runtuh bukan sebuah kekuasaan politik; Hindia Belanda sudah tak ada, otoritas pendudukan Jepang yang menggantikannya baru saja kalah. Yang ambruk sebuah wacana.<br />Sebuah wacana adalah sebuah bangunan perumusan. Tapi yang berfungsi di sini bukan sekadar bahasa dan lambang. Sebuah wacana dibangun dan ditopang kekuasaan, dan sebaliknya membangun serta menopang kekuasaan itu. Ia mencengkeram. Kita takluk dan bahkan takzim kepadanya. Sebelum 17 Agustus 1945, ia membuat ribuan manusia tak mampu menyebut diri dengan suara penuh, ”kami, bangsa Indonesia”–apalagi sebuah ”kami” yang bisa ”menyatakan kemerdekaan”.<br />Agustus itu memang sebuah revolusi, jika revolusi, seperti kata Bung Karno, adalah ”menjebol dan membangun”. Wacana kolonial yang menguasai penghuni wilayah yang disebut ”Hindia Belanda” jebol, berantakan. Dan ”kami, bangsa Indonesia” kian menegaskan diri.<br />Sebulan kemudian, 19 September 1945, dari pelbagai penjuru orang mara berduyun menghendaki satu rapat akbar untuk menegaskan ”kemerdekaan” mereka, ”Indonesia” mereka. Bahkan penguasa militer Jepang tak berdaya menahan pernyataan politik orang ramai di Lapangan Ikada itu.<br />Dua tahun kemudian, meletus pertempuran yang nekat, sengit, dan penuh korban, ketika ratusan pemuda melawan kekuatan militer Belanda yang hendak membuat negeri ini ”Hindia Belanda” kembali. Dari medan perang itu Pramoedya Ananta Toer mencatat dalam Di Tepi Kali Bekasi: sebuah revolusi besar sedang terjadi, ”revolusi jiwa—dari jiwa jajahan dan hamba menjadi jiwa merdeka….”.<br />Walhasil, sebuah subyek (”jiwa merdeka”) lahir. Agaknya itulah makna dari mereka yang gugur, terbaring, tinggal jadi ”tulang yang berserakan, antara Krawang dan Bekasi”, seperti disebut dalam sajak Chairil Anwar yang semua kita hafal. Subyek lahir sebagai sebuah laku yang ”sekali berarti/sudah itu mati”, untuk memakai kata-kata Chairil lagi dari sajak yang lain. Sebab subyek dalam revolusi adalah sebuah tindakan heroik, bukan seorang hero.<br />Dalam hal ini Tan Malaka benar: ”Revolusi bukanlah suatu pendapatan otak yang luar biasa, bukan hasil persediaan yang jempolan dan bukan lahir atas perintah seorang manusia yang luar biasa.”<br />Tan Malaka menulis kalimat itu dalam Aksi Massa yang terbit pada 1926. Dua puluh tahun kemudian memang terbukti bahwa, seperti dikatakannya pula, ”Revolusi timbul dengan sendirinya sebagai hasil dari berbagai keadaan.”<br />Itulah Revolusi Agustus.<br />Tapi kemudian tampak betapa tak mudahnya memisahkan perbuatan yang heroik dari sang X yang berbuat, yang terkadang disambut sebagai ”hero” atau ”pelopor”. Sebab tiap revolusi digerakkan oleh sebuah atau sederet pilihan + keputusan, dan tiap keputusan selalu diambil oleh satu orang atau lebih. Dan ketika revolusi hendak jadi perubahan yang berkelanjutan, ia butuh ditentukan oleh satu agenda. Ia juga akan dibentuk oleh satu pusat yang mengarahkan proses untuk melaksanakan agenda itu.<br />Sekitar seperempat abad setelah 1945, Bung Karno, yang ingin menegaskan bahwa Revolusi Agustus ”belum selesai”, mengutarakan sebuah rumus. Ia sebut ”Re-So-Pim”: Revolusi-Sosialisme-Pimpinan. Bagi Bung Karno, revolusi Indonesia mesti punya arah, punya ”teori”, yakni sosialisme, dan arah itu ditentukan oleh pimpinan, yakni ”Pemimpin Besar Revolusi”.<br />Tan Malaka tak punya rumus seperti itu. Tapi ia tetap seorang Marxis-Leninis yang yakin akan perlunya ”satu partai yang revolusioner”, yang bila berhubungan baik dengan rakyat banyak akan punya peran ”pimpinan”.<br />Bahwa ia percaya kepada revolusi yang ”timbul dengan sendirinya”, hasil dari ”berbagai keadaan”, menunjukkan bagaimana ia, seperti hampir tiap Marxis-Leninis, berada di antara dua sisi dialektika: di satu sisi, perlunya ”teori” atau ”kesadaran” tentang revolusi sosialis; di sisi lain, perlunya (dalam kata-kata Tan Malaka) ”pengupasan yang cocok betul atas masyarakat Indonesia”.<br />Di situ, ada ambiguitas. Tapi ambiguitas itu agaknya selalu menghantui agenda perubahan yang radikal ke arah pembebasan Indonesia.<br />l l l<br />TAK begitu jelas, apa yang dikerjakan Tan Malaka pada Agustus 1945. Yang bisa saya ikuti adalah yang terjadi sejak proklamasi kemerdekaan bergaung.<br />Beberapa pekan setelah 17 Agustus 1945, di Serang, wilayah Banten, Tan Malaka bertemu dengan Sjahrir. Mungkin itulah buat pertama kalinya tokoh kiri radikal di bawah tanah itu berembug dengan sang tokoh sosial demokrat. Tan Malaka dan Sjahrir secara ideologis berseberangan; seperti halnya tiap Marxis-Leninis, Tan Malaka menganggap seorang sosial-demokrat sejenis Yudas.<br />Tapi seperti dituturkan kembali oleh Abu Bakar Lubis —orang yang menyatakan pernah dapat perintah Presiden Soekarno untuk menangkap Tan Malaka—dalam pertemuan di Serang itu Tan Malaka mengajak Sjahrir untuk bersama-sama menyingkirkan Soekarno sebagai pemimpin revolusi. Menurut cerita yang diperoleh A.B. Lubis pula, Sjahrir menjawab: jika Tan Malaka bisa menunjukkan pengaruhnya sebesar 5 persen saja dari pengaruh Soekarno di kalangan rakyat, Sjahrir akan ikut bersekutu.<br />Ada sikap meremehkan dalam kata-kata Sjahrir itu. Konon ia juga menasihati agar Tan Malaka berkeliling Jawa untuk melihat keadaan lebih dulu sebelum ambil sikap.<br />Jika benar penuturan A.B. Lubis (saya baca dalam versi Inggris, dalam jurnal Indonesia, April 1992), pertemuan di Serang itu lebih berupa sebuah perselisihan: sang ”radikal” tak cocok dengan sang ”pragmatis”.<br />Tan Malaka tampaknya hendak menjalankan tesis Trotsky tentang ”revolusi terus-menerus”. Bagi Trotsky, di sebuah negeri seperti Rusia dan Indonesia—yang tak punya kelas borjuasi yang kuat—revolusi sosialis harus berlangsung tanpa jeda. Trotsky tak setuju dengan teori bahwa dalam masyarakat seperti Rusia dan Indonesia revolusi berlangsung dalam dua tahap: pertama, tahap ”borjuis” dan ”demokratis”; kedua, baru setelah itu, ”tahap sosialis”.<br />Bagi Trotsky, di negeri yang ”setengah-feodal dan setengah-kolonial”, kaum borjuis terlampau lemah untuk menyelesaikan agenda revolusi tahap pertama: membangun demokrasi, mereformasi pemilikan tanah, dan menciptakan pertumbuhan ekonomi. Maka kaum proletarlah yang harus melaksanakan revolusi itu. Begitu tercapai tujuannya, kelas buruh melanjutkan revolusi tahap kedua, ”tahap sosialis”.<br />Ini tentu sebuah pandangan yang terlampau radikal—bahkan bagi Rusia pada tahun 1920-an, di suatu masa ketika Lenin terpaksa harus melonggarkan kendali Negara atas kegiatan ekonomi, dan kelas borjuis muncul bersama pertumbuhan yang lebih pesat. Di Indonesia agenda Trotskyis itu bisa seperti garis yang setia kepada gairah 1945. Dilihat dari sini, niat Tan Malaka tak salah: ia, yang melihat dirinya wakil proletariat, harus menggantikan Soekarno, wakil kelas borjuis yang lemah.<br />Tapi Sjahrir, sang ”pragmatis”, juga benar: pengaruh Tan Malaka di kalangan rakyat tak sebanding dengan pengaruh Bung Karno. Dunia memang alot. Di sini ”pragmatisme” Sjahrir (yang juga seorang Marxis), sebenarnya tak jauh dari tesis Tan Malaka sendiri. Kita ingat tesis pengarang Madilog ini: revolusi lahir karena ”berbagai keadaan”, bukan karena adanya pemimpin dengan ”otak yang luar biasa”.<br />Tapi haruskah seorang revolusioner hanya mengikuti ”berbagai keadaan” di luar dirinya? György Lukács, pemikir Marxis yang oleh Partai Komunis pernah dianggap menyeleweng itu, membela dirinya dalam sebuah risalah yang dalam versi Jerman disebut Chvostismus und Dialektik, dan baru diterbitkan di Hungaria pada 1996, setelah 70 tahun dipendam.<br />Dari sana kita tahu, Lukács pada dasarnya dengan setia mengikuti Lenin. Ia mengecam ”chvostismus”. Kata ini pernah dipakai Lenin untuk menunjukkan salahnya mereka yang hanya ”mengekor” keadaan obyektif untuk menggerakkan revolusi. Bagi Lenin dan bagi Lukács, revolusi harus punya komponen subyektif.<br />Tentu, ada baku pengaruh antara dunia subyektif dan dunia obyektif; ada interaksi antara niat dan kesadaran seorang revolusioner dan ”berbagai keadaan” di luar dirinya. Tapi, kata Lukács, di saat krisis, kesadaran revolusioner itulah yang memberi arah. Penubuhannya adalah Partai Komunis.<br />Tapi seberapa bebaskah ”kesadaran revolusioner” itu dari wacana yang dibangun Partai itu sendiri? Saktikah Partai Komunis hingga bisa jadi subyek yang tanpa cela, sesosok hero?<br />Ternyata, sejarah Indonesia menunjukkan PKI juga punya batas. Partai ini harus mengakui kenyataan bahwa ia hidup di tengah ”lautan borjuis kecil”. Agar revolusi menang, ia harus bekerja sama dengan partai yang mewakili ”borjuis kecil” itu. Ia tak akan berangan-angan seperti Tan Malaka yang hendak merebut kepemimpinan Bung Karno. Di bawah Aidit, PKI bahkan akhirnya meletakkan diri di bawah wibawa Presiden itu.<br />Pada 1965 terbukti strategi ini gagal. PKI begitu besar tapi kehilangan kemandirian dan militansinya. Ia tak melawan pada saat yang menentukan, tatkala militer dan partai ”borjuasi kecil” yang selama ini jadi sekutunya menghantamnya. PKI terbawa patuh mengikuti jalan Bung Karno, sang Pemimpin Besar Revolusi, yang mementingkan persatuan nasional.<br />Terkurung di bawah wacana ”persatuan nasional”, agenda radikal tersisih dan sunyi. Terutama dari sebuah Partai yang mewakili sebuah minoritas—yakni proletariat di sebuah negeri yang tak punya mayoritas kaum buruh. Tan Malaka sendiri mencoba mengelakkan ketersisihan itu dengan tak hendak mengikuti garis Moskow, ketika pada 1922 ia menganjurkan perlunya Partai Komunis menerima kaum ”Pan-Islamis”—yang bagi kaum komunis adalah bagian dari ”borjuasi”—guna mengalahkan imperialisme.<br />Tapi ia juga akhirnya sendirian. Sang radikal, yang ingin mengubah dunia tanpa jeda tanpa kompromi, bergerak antara tampak dan tidak. Ia muncul menghilang bagaikan titisan dewa. Sejak Agustus 1945, Tan Malaka adalah makhluk legenda.<br />Sebuah legenda memang memikat. Tapi dalam pembebasan mereka yang terhina dan lapar, sang pahlawan sebaiknya mati. Revolusi tak pernah sama dengan dongeng yang sempurna.Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28849873.post-66567077382754005472008-08-18T09:24:00.003+07:002008-08-18T09:53:38.247+07:00Kapitalisme vs SosialismeMerdeka bangsa ini sudah 63 tahun, katanya. Merdeka mungkin sudah dirasakan buat mereka yang tidak masuk kategori miskin, yang lagi-lagi katanya sudah turun tinggal 17% dari penduduk Indonesia. 40 juta rakyat ini belum merdeka. Bahkan mungkin lebih, karena kita tidak tahu data atau angka mana yang mau kita percaya. Angka terlalu sering dimanipulasi untuk kepentingan sesaat. Angka dimainkan untuk melancarkan jalan demi kekuasaan.<br /><br />Kegagalan bangsa ini untuk merdeka sepenuhnya, adalah buah dari kegagalan penyelenggara negara untuk melaksanakan amanat Keadilan Sosial bagi semua rakyat. Keadilan masih terbatas pada beberapa kalangan / kelompok. Yang ada barulah "trickel up effect" bukannya "trickle down effect".<br /><br />Agaknya kesadaran kesejahteraan bagi rakyat inilah yang mendorong kebangkitan gelombang sosialisme di Amerika Latin, di tengah-tengah suasana neo-kapitalisme, neo-liberalisme di seluruh dunia. Saya belum bisa mengatakan gerakan mereka pasti akan benar, tetapi paling tidak pemimpin negara-negara Amerika Latin mulai berani menyusun langkahnya sendiri. Hanya waktu yang akan membuktikan apakah rakyat makin sejahtera. Angka akan berbicara dengan sendirinya.<br /><br />Fenomena Amerika Latin :<br />Kuba, dimulai oleh Fidel Castro dan dilanjutkan oleh Raul Castro.<br />Daniel Ortega memimpin Nikaragua.<br />Rafael Correa memimpin Ekuador.<br />Bolivia digerakkan oleh EVO MORALES, sang petani sosialis.<br />Venezuela dipimpin Hugo Chaves.<br />Fernando Lugo barusan menang di Paraguay, mengalahkan partai yang sudah berkuasa sejak 1947.<br />Michelle Bachelet, pemimpin partai sosialis, menang di Cile.<br />Argentina punya Nestor Kirchner, dan dilanjut istrinya Christina Fernandez.<br />Brasil punya Ignacio 'Lula' da Silva.<br />Tabare Vazquez ada di Uruguay.<br /><br />Masing-masing negara memang punya variasinya sendiri-sendiri. Tetapi ada satu arah yang sama, ada satu kekecewaan yang sama terhadap proyek neo-liberalisme yang ternyata lebih menghasilkan ketidakmerataan, kemiskinan, konsentrasi kekuasaan, dan kesenjangan sosial yang makin akut.<br /><br />So, apa yang kamu inginkan untuk Indonesia ?<br />Apa kabar para mahasiswa reformis 1998 ?<br />Sudah 10 tahun anda berdiam, saatnya bergerak dan berperan mengambil porsi untuk perubahan. Tahun 2009, momentum yang paling pas. Now or never !Christ Widya Utomohttp://www.blogger.com/profile/08620951369069567438noreply@blogger.com0